Pengosongan tribun dilakukan usai Yevhen Bokhashvili mencetak gol ketiga bagi PSS Sleman pada menit ke-43. Setelah itu, chant kekecewaan dinyanyikan. Sejurus kemudian, Bonek mulai meninggalkan tribun Green Nord. Di babak kedua, tribun tetap dibiarkan kosong. Dengan dibumbui tulisan “Sepurane, arek-arek pengen Persebaya menang!”.
Persebaya menelan kekalahan 2-3 dalam laga kemarin sore. Itu menjadi kekalahan ketiga beruntun yang diderita Green Force. Bahkan jika diruntut, Persebaya belum meraih kemenangan dalam enam laga beruntun. Tidak heran apabila protes dilayangkan suporter.
Sayangnya, bentuk protes tak berhenti sampai di situ. Memasuki menit ke-68, flare mulai menyala. Flare berasal dari Tribun Kidul dan Gate 21. Aksi makin parah usai peluit panjang ditiup. Bonek yang muntap merangsek ke lapangan. Mereka mendatangi penggawa Green Force.
Aksi makin parah ketika pemain sudah masuk ke ruang ganti. Bonek makin tak terkendali. Papan iklan diambil. Kemudian dirusak. Setelah itu, dibakar. Tak cukup sampai di situ. Gawang di sebelah utara ikut dibakar. Lintasan lari yang berada di depan tribun VIP juga ikut dibakar. Pihak keamanan yang coba menenangkan situasi tak bisa berbuat apa-apa.
Situasi tak kondusif itu memaksa pemain Green Force pulang lebih cepat. Mereka bahkan tak melakukan konferensi pers usai laga. Untung, aksi mereda setelah Bonek mendatangi tribun supporter Sleman fans untuk bernyanyi bersama.
Tapi, kondisi itu membuat Persebaya terancam sanksi berat. Bahkan, bukan tak mungkin bakal melakoni laga usiran. Soal itu, manajemen berharap tidak sampai terjadi. ”Kami nggak berharap seperti itu. Kami ingin bisa main di sini (GBT). Bangkit di sini juga. Tapi kembali lagi, sanksi kan jadi domainnya PSSI, kami tunggu saja pekan depan,” kata Nanang Prianto, Media Officer Persebaya.
Karena itu, Nanang tak mau berpikir terlalu jauh soal sanksi yang menanti Green Force. ”Kami nggak berani berandai-andai. Nanti kami tunggu sidang Komdis saja,” jelas Nanang.