9.397 Ton Sampah per Hari Cemari Sungai Citarum

 

 

POJOKBANDUNG.com, CITARUM – Sungai yang memiliki panjang 279 km yang melintang dari Kabupaten bandung hingga Kabupaten Bekasi, pada 2013 tercatat sebagai salah satu sungai paling kotor di dunia oleh lembaga nirlaba asal AS, Blacksmith Institute.

Menariknya, Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), tumpukan sampah di Sungai Citarum mencapai 3,4 juta ton sepanjang 2023.

Menilik permasalahan tersebut, Aktivis lingkungan serta Founder Bening Foundation Indra Darmawan mengatakan, dalam catatanya ada sekitar 9.397 ton sampah yang dibuang di Sungai Citarum setiap harinya.

“Menilik hal tersebut, sungai citarum adalah wilayah yang terkena dampak dari bagaimana buruknya pengelolaan sampah kita,” ungkapnya, Kamis (13/6).

Dari tumpukan sampah tersebut, pihaknya menilai, sampah yang kerap merusak kualitas sungai citarum hasil buangan dari wilayah cekungan Bandung.

“Sampah buangan dari Kabupaten Bandung, kabupaten Bandung Barat, Cimahi, hingga Kota Bandung yang selama ini merusak sungai citarum,” ujar dia.

Dalam catatanya, sampah yang sering muncul merusak sungaI Citarum 60 persen disebabkan oleh sampah domestik yang dihasilkan oleh budaya membuang sampah yang buruk.

“Kita bisa lihat, sampah seperti popok, bungkus mie, hingga plastik lainya kerap menyumbat aliran sungai dan menumpuk merusak ekosistem sungai,” ungkap dia.

Lebih lanjut, ujar dia, 40 persen lainya dicemari oleh limbah industri dan lainya. Permasalahannya ujar dia, dalam limbah industri ini sering dilakukan penertiban oleh pemerintah.

“Namun dalam limbah domestik sulit sekali melakukan penertiban, sehingga siklus munculnya sampah selalu ada di citarum,” ujar dia.

Guna memutus rantai sampah di sungai citarum, ujar dia, permasalahanya ada pada semua sektor baik dalam masyarakat maupun pemerintah dan swasta.

“Kita tidak bisa saling menyalahkan siapa paling benar dan salah. Dalam permasalahan pencemaran sungai citarum semua sektor harus sinergis membangun budaya merawat sungai dengan menjaga membuang sampah,” ujar dia.

Mungkin ini sebuah klise yang selalu berulang, ucap dia, namun nyata nya sampai hari ini kesadaran membangun kesadaran lingkungan menjaga sungai agar tidak tercemari limbah masih sangat minim.

“Meski kini semua sudah mulai ada pergerakan di masyarakat, seperti budidaya maggot untuk mengurai sampah organik hingga pemanfaatan sampah untuk kreativitas. namun itu tidak akan sempurna jika kebijakan pemerintah tidak tegas pada pelanggar [perusak lingkungan ini,” pungkasnya. (kus)

loading...

Feeds