POJOKBANUNG.com, SOREANG – Permasalahan maraknya sampah plastik setelah menjalankan ibadah kurban menjadi perhatian khusus aktivis lingkungan di Kabupaten Bandung.
Dalam data yang dihimpun Radar Bandung, jumlah penduduk 3,7 juta jiwa di Kabupaten Bandung. Menghasilkan sampah seharinya 1300 ton.
Belum lagi, budaya membuang sampah yang masih buruk, mempengaruhi kualitas lingkungan salah satunya di sungai Citarum. Menurut data pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), ada sekitar 9.397 ton sampah yang dibuang di Sungai Citarum setiap harinya.
Menilik permasalahan tersebut, Aktivis lingkungan serta Founder Bening Foundation Indra Darmawan mengatakan, perlu adanya kebijakan tegas pembagian daging kurban yang ramah lingkungan khususnya di Kabupaten Bandung.
“Kerap sekali saat menyusuri sungai citarum, menemukan sampah plastik yang berlabel pemberian daging kurban. Setelah perayaan hari raya yang baik tersebut,” ungkap dia, Senin (17/6).
Sehingga, pemerintah setempat perlu memberikan kebijakan yang mengatur tata cara pemberian daging kurban yang meninjau kebersihan lingkungan.
“Jangan sampai setelah pesta perayaan kurban sampah menjadi hal biasa yang dimaklumi. Hal ini membahayakan lingkungan,” ujarnya.
Pihanya menuturkan, pada 2009, Badan Pengawas Obat dan Makanan mengeluarkan peringatan public tentang bahaya kantong plastik kresek hitam.
“Kantong plastik merupakan jenis sampah yang membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terurai secara alamiah. Apalagi, kantong plastik kresek hitam merupakan hasil dari proses daur ulang plastik bekas pakai yang mengandung zat karsinogen dan berbahaya bagi kesehatan,” ungkap dia.
Menilik bahayanya, pihaknya menyarankan penggunaan plastik digantikan dengan bahan daun maupun bungkus kayu anyaman.
“Ini seharusnya bisa jadi kebijakan ditengah perayaan hari raya apapun, sehingga lingkungan tetap bisa terjaga dengan baik. Khususnya perayaan idul adha tanpa sampah plastik bisa dilakukan,” ujar dia. (kus)
