Lebaran di Gaza, Tak Ada Masjid, Salat di Tengah Hujan Lebat dan Berisiknya Suara Drone, Israel Bunuh Tiga Putra Pimpinan Hamas

POJOKBANDUNG.COM, JALUR GAZA – Potret perayaan Hari Raya Idul Fitri di Palestina dipenuhi oleh kesedihan.


Lebaran di Gaza, Tak Ada Masjid, Salat di Tengah Hujan Lebat dan Berisiknya Suara Drone, Israel Bunuh Tiga Putra Pimpinan Hamas

Warga Palestina berbelanja saat mereka bersiap menyambut Idul Fitri, yang menandai akhir bulan suci Ramadhan, di Jalur Gaza utara di tengah serangan militer Israel di Gaza.Sementara itu foto atas, Ilustrasi warga Palestina mencari korban di lokasi serangan Israel terhadap kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza utara, 31 Oktober 2023. Mahmoud Issa/ Fadi Whadi/Reuters

Di Gaza, serangan mematikan militer Israel tak pernah kenal jeda.

Dilansir dari Al Jazeera, jutaan warga Gaza menghabiskan momen Lebaran dengan berbagai kisah pilunya.

Baca Juga : Istana Minta Maaf karena Tiga Warga Dievakuasi ke RS, Cengkarut Open House Presiden Joko Widodo

’’Kami menderita dalam semua hal. Orang-orang sulit bertahan hidup. Mereka sulit memberi makan keluarga mereka. Kami tidak lagi memikirkan Idul Fitri atau perayaan atau bentuk kegembiraan lainnya,’’ ujar Jabr Hassan, salah seorang pengungsi di Rafah.

Di Rafah, ada lebih dari 1,5 juta pengungsi yang berlindung.

Tua, muda, anak-anak, hingga lansia mengungsi dan terlunta-lunta di wilayah yang berbatasan dengan Mesir itu.

Baca Juga : 159 Ribu Narapidana dan Anak Binaan Dapat Potongan Hukuman di Idul Fitri

’’Tidak ada kegembiraan atau keinginan untuk merayakan acara suci ini,’’ kata Ahmed Ismail, salah satu pedagang di Rafah.

Al Jazeera melaporkan, warga Gaza melaksanakan salat Idul Fitri di tengah bisingnya suara drone militer Israel.

Namun, rasa khawatir akan menjadi sasaran militer Zionis tak pernah melunturkan semangat para warga untuk tetap melaksanakan salat.

Dalam beberapa video yang beredar, warga Gaza melaksanakan salat ied di tengah hujan yang melanda.

Hal itu disebabkan karena masjid-masjid telah rata dengan tanah karena dibombardir oleh Israel.

Sambil basah kuyup, umat muslim Gaza tetap khusyu melaksanakan salat berjamaah.

Israel Bunuh Anak Ismail Haniyeh

Sementara itu, serangan mematikan Israel turut membunuh tiga putra dan empat cucu Kepala biro politik Hamas, Ismail Haniyeh.

Dilaporkan Al Jazeera, serangan udara militer Zionis menggempur mobil yang ditumpangi anak-anak Haniyeh.

Mobil itu diserang saat Hazem, Amir, dan Muhammad tengah melaju ke kawasan kamp Al Shati.

Ketiga putra Haniyeh disebut tengah dalam perjalanan untuk mengunjungi kerabat mereka yang mengungsi di kamp tersebut.

Keterangan resmi dari Hamas kemudian menyatakan empat cucu Haniyeh, yakni Mona, Amal, Khaled dan Razan, juga termasuk di antara mereka yang tewas.

Serangan itu disebut sebagai serangan ‘berbahaya dan pengecut’.

Haniyeh mendapati kabar menyedihkan itu saat ia sedang mengunjungi warga Palestina yang terluka dan dibawa ke ibu kota Qatar, Doha.

’’Musuh berkhayal jika berpikir bahwa dengan menargetkan anak-anak saya, pada puncak negosiasi (gencatan senjata) dan sebelum gerakan mengirimkan tanggapannya, akan mendorong Hamas untuk mengubah posisinya,’’ katanya kepada Al Jazeera.

Dalam komentarnya di saluran Telegram Hamas, Haniyeh mengungkapkan rasa syukurnya kepada Allah.

Dia menyebut kejadian itu sebagai kemartiran anak-anak dan cucu-cucunya.

’’Darah anak-anakku tidak lebih berharga dari darah anak-anak rakyat Palestina…Semua yang syahid di Palestina adalah anak-anakku,’’ tutur pria yang terpilih sebagai kepala biro politik Hamas sejak 2017 lalu itu.

Militer Israel mengklaim bahwa telah menghilangkan tiga operasi sayap militer Hamas di Jalur Gaza tengah.

Putra-putra Haniyeh disebut ada di dalamnya.

Ini bukan pertama kalinya keluarga Haniyeh terbunuh.

Anak laki-laki Haniyeh yang lainnya dilaporkan terbunuh pada Februari lalu.

Sementara saudara laki-laki dan keponakannya terbunuh pada Oktober, serta diikuti oleh seorang cucu pada November.

Total, sekitar 60 anggota keluarganya telah menjadi korban kebrutalan Israel.

Sementara itu, tekanan internasional untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata terus meningkat.

Presiden AS Joe Biden mengirim kepala CIA, William Burns, untuk babak terakhir pembicaraan gencatan senjata di Kairo.

Dalam proposal gencatan senjata, di dalamnya disebut mencakup adanya wacana pembebasan 40 sandera Israel yang ditahan di Gaza sebagai imbalan pembebasan 900 warga Palestina dari penjara-penjara Israel. (dee/Jawa pos)

Loading...

loading...

Feeds