20 januari 2021 menjadi hari bersejarah yang tidak terlupakan bagi warga negara Amerika Serikat. Akhirnya Presiden baru yang telah terpilih beberapa waktu lalu, resmi dilantik. Joe Biden berhasil mengungguli suara mayoritas warga Amerika dan menggeser kedudukan Donald Trump menjadi Presiden urutan ke 46.
Kemenangan Biden tidak dilalui dengan mulus, karena kubu Trump tidak terima dengan hasil pemilihan tersebut. Melalui cuitannya di media sosial, ia seolah mengajak pendukungnya untuk melakukan penolakan terhadap hasil pemilu. Walhasil, ratusan pendukung Trump melakukan protes dan menyerbu gedung Capitol Hill. Pengunjuk rasa yang awalnya hanya melakukan aksi protes di luar gedung, akhirnya merangsek masuk ke dalam dan membuat kekacauan dengan memecahkan kaca jendela dan berusaha menduduki ruangan kantor. (Detik.com 6 Januari 2021)
Kerusuhan tersebut ternyata masih terus berlanjut. Beberapa jam setelah dilantiknya Joe Biden, aksi demonstrasi pun berujung kericuhan. Kali ini kantor imigrasi federal di Portland dan kantor Partai Demokrat di Oregon menjadi sasarannya.
Aksi para pendukung Trump kontan memicu reaksi dunia. Para pemimpin berbagai negara dan para diplomat mengecam kerusuhan tersebut. Menlu AS Mike Pompeo menganggap tindakan tersebut sebagai hal yang tidak bisa diterima dengan alasan apapun dan harus segera ditindak secara hukum. Sementara itu Perdana Menteri Inggris Boris Johnson juga menyebut peristiwa di atas sebagai insiden yang memalukan, mengingat AS adalah simbol demokrasi yang seharusnya melaksanakan transisi kekuasaan dengan disiplin dan tertib.
Berbagai kecaman yang ditujukan pada Amerika merupakan hal wajar, karena sebagai negara adidaya tempat berkiblatnya negara-negara di dunia dalam penerapan kapitalisme, justru dianggap telah mencederai nilai-nilai demokrasi yang selama ini dibanggakan sebagai produk turunan sistem ini. Kerusuhan yang terjadi menunjukkan kegagalan Amerika menjaga nilai-nilai demokrasi yang mereka banggakan.
Pada dasarnya apa yang terjadi bukanlah mencederai demokrasi. Karena melalui peristiwa tersebut mampu membuka wajah aslinya sebagai sistem yang rusak dan gagal. Demokrasi yang mengusung ide kebebasan dalam hal beragama, kepemilikan, berbicara dan bertingkah laku, pada faktanya tidak bisa konsisten dari sisi penerapan. Apa yang dilakukan Trump dengan menghasut pendukungnya pada dasarnya adalah hak pribadinya yang merupakan perwujudan kebebasan dalam berpendapat dan bertingkah laku. Tidak semestinya hal itu disalahkan, karena secara teori, demokrasi membolehkan masyarakat bersuara dan berpendapat tanpa memberi batasan yang jelas sejauh mana kebolehan untuk berbuat sekehendak hatinya. Ketidakpuasan pihak Trump dipicu karena ditengarai ada manipulasi dari data jumlah elektoral pemilih. Hal ini pun menjadi sesuatu yang sangat memungkinkan dalam demokrasi. Atas nama kebebasan, berbuat curang, menipu, menyuap dan yang lainnya tidak bisa dilepaskan dari demokrasi itu sendiri.
Ide liberalisme (kebebasan) pada faktanya akan menghantarkan pada hukum rimba. Siapa yang kuat dia lah yang menang dan berkuasa, disertai ambisi yang selalu diliputi ketidakpuasan. Kekuasaan tidak dipandang sebagai amanah seperti halnya dalam Islam.
Setiap sebab pasti akan menyebabkan akibat, nama baik AS pun tercoreng sebagai negara paling demokratis. Negara adidaya ini pun layak mendapat gelar The Sick Man yang kehancurannya tinggal menunggu waktu.
Tumbangnya AS adalah sebuah keniscayaan, hal itu merupakan hukum alam yang tidak bisa ditolak. Karena pada hakikatnya pergiliran kekuasaan adalah sunatullah, Allah Swt. menyatakannya dalam QS. Al A’raf: 34 yang artinya:
“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu, maka apabila telah datang waktunya, mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya.”
Kelemahan sistem kapitalis demokrasi akan membuat negara pengusungnya kehilangan kemampuan untuk membendung kemenangan ideologi Islam dalam menguasai dunia. Hal ini menjadi peluang bagi Islam untuk memimpin peradaban. Menerapkan aturan terbaik bagi seluruh umat Islam, di bawah kepemimpinan seorang penguasa kaum muslim yang menjadikan rasa takut kepada Allah Swt. diatas segalanya. Yang akan menerapkan syariat Islam di setiap aspek kehidupan dalam naungan Daulah Khilafah Islamiyyah.
Wallahu a’lam bishshwab
Oleh : Irma Faryanti
Member Akademi Menulis Kreatif