Tidur setelah Sahur Banyak Efek Buruknya, Sebab….

Tidur. Ilustrasi (Pixabay.com)

Tidur. Ilustrasi (Pixabay.com)

POJOKBANDUNG.com – Makan sahur di sepertiga ujung malam dapat memberikan kekuatan fisik selama berpuasa. Namun tantangannya adalah melawan rasa kantuk di waktu sahur.

Tak heran jika setelah sahur, kebanyakan orang melanjutkan tidurnya. Padahal tidur setelah makan memiliki beberapa efek negatif bagi kesehatan tubuh baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Bahkan beberapa kasus dapat membawa bahaya yang berujung pada kematian. Dilansir dari Hello Sehat (hellosehat.com), ketika mengonsumsi makanan, lambung akan mencernanya menjadi sari-sari makanan. Sari-sari makanan inilah yang akan diserap tubuh.

Bila makanan kaya karbohidrat dan lemak, dibutuhkan waktu minimal 2 jam untuk menggiling makan tersebut sampai berubah bentuk menjadi sari pati makanan.

Proses penggilingan ini memerlukan suplai pembuluh darah yang tidak sedikit, sehingga setelah makan diharapkan tidak melakukan aktivitas lain yang membutuhkan suplai pembuluh darah yang banyak pula, misalnya berolahraga.

Apabila seseorang tidur di bawah 2 jam setelah makan, saluran pencernaan belum sempat menggiling makanan.

Akibatnya, terjadi gangguan saluran pencernaan dan penyerapan nutrisi tubuh. Hasil akhirnya, makanan yang dimakan tidak mampu menghasilkan energi yang dibutuhkan oleh tubuh. Ada lima efek negatif langsung tidur usai sahur:

1. Penimbunan Lemak

Sebuah penelitian mengatakan, pada seseorang yang memiliki riwayat keturunan keluarga gemuk, kebiasaan tidur setelah makan sahur dapat makin meningkatkan risiko mengalami kegemukan sebesar 2x lipat.

Terlebih jika mengonsumsi makanan berlemak atau makan makanan yang digoreng. Hal ini bisa memperburuk kesehatan terlebih bagi yang sedang diet dan ingin melangsingkan tubuh.

Hal ini disebabkan karena saat tidur otomatis tubuh hanya membutuhkan sedikit energi, sehingga makanan tidak akan dimanfaatkan sebagai kebutuhan melainkan lebih banyak akan ditimbun menjadi lemak.

Akhirnya risiko mengalami obesitas/kegemukan pun semakin meningkat.

2. Peningkatan asam lambung

Proses pencernaan makanan melibatkan makanan. Jadi setiap ada makanan masuk ke tubuh kita, asam lambung pun akan meningkat. Bila makanan tidak tergiling sempurna, asam lambung dapat mengiritasi dinding lambung.

Gejalanya nyeri di sekitar ulu hati atau perut kiri bagian atas. Bisa juga menimbulkan sensasi panas di dada.

3. Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) atau refluks asam lambung

Refluks asam terjadi karena katup antara perut dan kerongkongan tidak menutup secara sempurna. Hal ini biasanya disebabkan oleh pengaruh gravitasi yaitu perubahan posisi.

Posisi telentang dapat menyebabkan makanan yang belum sempurna dicerna dapat berbalik dari lambung ke kerongkongan. Makanan ini membawa serta asam lambung, sehingga keberadaan asam lambung di kerongkongan dapat menimbulkan iritasi, bahkan luka.

Rasa panas di dada, tenggorokan panas, mual, sendawa dan mulut pahit adalah gejala-gejala yang menunjukkan adanya refluks.

loading...

Feeds