Anak keempat dari empat bersaudara ini selepas kuliah membulatkan tekadnya untuk pergi menunaikan haji dengan jalan kaki.
“Saat kakaknya yang di Jakarta meminta dia untuk kerja dulu, dia malah tidak mau. Dia justru mempersiapkan fisik maupun mentalnya selama tiga tahun,” tutur pria paruh baya tersebut.
Sarjana Ekonomi Pembangunan Unnes ini melakukan persiapan khusus selama tiga tahun sebelum berangkat, seperti mengurus surat-surat dan lain sebagainya.
“Di Kemenag, saya dipanggil. Disuruh tanda tangan atas perjalanan anak saya itu. Baru setelah saya tanda tangan, surat dari mereka bisa keluar,” jelasnya.
Sedianya Aim didampingi dua rekannya. Namun, sampai di Tegal kedua temannya menyerah tidak melanjutkan.
Kini Solichin hanya bisa pasrah kepada Allah Swt. Ia berharap, anaknya dapat menunaikan ibadah haji dengan lancar dan pulang dengan selamat.
“Ya saya hanya bisa berdoa, lha wong dia hanya berbekal baju dan beberapa lembar uang. Saya tanya, apakah cukup uangnya sebagai bekal. Anak saya menjawab gampang, katanya Insyaallah cukup. Pasti ada pertolongan dari Allah. Bapak tidak usah khawatir,” katanya mencontohkan perkataan Aim sebelum pergi.