Seminggu berlalu, tanpa pernah bertemu, akhirnya Herman mempersunting gadis yang dimaksud sahabatnya tersebut. Setelah melakukan salat Tahajud, akhirnya dia mendapat kemantapan hati untuk menerima calon istrinya dengan penuh rasa syukur.
Memasuki Masjid Sirathal Mustaqiem, Herman menuju tempat mempelai wanitanya duduk menunggunya bersama penghulu. Penuh dengan rasa mantap dan rasa syukur Herman mengikuti instruksi dari penghulu untuk mengucap ijab kabul.
Hingga akhirnya seluruh tamu mengucapkan kata “sah” dan doa syukur yang menyatakan mereka sah sebagai sepasang suami istri. “Assalamualaikum suamiku,” ucap istrinya dengan suara lembut dan merdunya yang tentu membuat Herman keheranan.
Di tengah kebingungannya tersebut, Ansarullah sebagai camat setempat mengambil sambutan dan memberitahu yang sebenarnya kepada Herman.
“Dia adalah istrimu yang saleha Herman. Dia buta karena tidak bisa melihat hal yang dilarang agama. Dia tuli karena tidak mau mendengar berita buruk dan bohong. Dia bisu karena tidak pernah menceritakan keburukan orang dan mengucapkan hal dusta. Dan dia lumpuh. Karena tidak ingin berjalan ke tempat maksiat dan tidak benar,” jelas Ansarullah yang disambut tepuk tangan riuh seluruh tamu undangan.
Mendengar hal itu, Herman dengan penuh rasa haru mengucap rasa syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat yang begitu melimpah untuknya.
Tangannya gemetar saat membuak kerudung istrinya. Dan benar, di hadapannya terlihat seorang wanita sempurna yang memiliki senyum yang begitu menawan dan aura yang begitu tulus dan lembut. “Subahanallah. Kau begitu sempurna istriku,” ucap Herman mengecup jidat istrinya yang sholeha.
Cerita di atas merupakan cerita dari film pendek yang akan ditayangkan di salah satu stasiun televisi nasional Minggu ini. Film tersebut disutradarai oleh pemainnya sendiri, yaitu Herman, dengan mengambil setting tempat di Kampung Tenun, Masjid Sirathal Mustaqiem.
“Jadi dari film tersebut, sutradara (Herman, Red) ingin memberi pesan bahwa mencari pasangan hidup jangan hanya melihat cantik luarnya saja. Tapi juga kecantikan hati, dan keimanannya,” tutup Ansarullah, yang juga mengambil bagian dalam film pendek tersebut.