Kisah Cinta Herman, Ikhlas Nikahi Wanita Tuli, Buta, Bisu dan Lumpuh Demi Khadijah

Namun bukan reaksi bahagia yang diperoleh Herman dari Khadijah. Melainkan raut wajah penuh kesedihan. Hingga akhirnya kata penolakan pun keluar dari bibir tipisnya.

“Aku tidak bisa menerima lamaranmu Herman. Tiga bulan kita bersama, aku hanya menganggap itu sebagai persahabatan. Tidak lebih. Maafkan aku Herman. Assalamualaikum,” ucap Khadijah sambil berlalu pergi.

BACA: Antara Kokom dan Lionel Messi, Film Buram Buruh Jawa Barat

Tiba di rumahnya yang berada di kawasan Kelurahan Tenun, Khadijah menyampaikan niatan baik sahabatnya tersebut.

Ansarullah, ayahnya, sangat terkejut mengapa putrinya menolak lamaran seorang pria tampan dan mapan tersebut.

BACA: Hebat, Film Ziarah Raih Prestasi di ASEAN International Film Festival

“Mengapa kau menolak pinangannya? Dia pria yang baik, santun dan sudah menjadi mualaf. Kau pun dari keluarga yang baik, saleha dan cantik. Mengapa menolak begitu saja,” ucap Ansarullah dengan pertanyaan yang seakan tidak habis kepada putrinya.

“Ayah, aku punya alasannya,” sanggah Khadijah dan menjelaskan secara panjang lebar mengapa dia menolak Herman, hingga akhirnya Ansarullah paham dan menerima keputusan putrinya.

Keesokan harinya, Khadijah mengajak Herman bertemu usai menunaikan shalat Dzuhur. “Maafkan aku Herman. Kau pria yang sempurna dan pantas mendapatkan pendamping yang sempurna juga. Aku belum memiliki keimanan yang tinggi seperti yang engkau mau,” jelas Khadijah.

“Apa yang kurang darimu Khadijah. Kau cantik, saleha dan santun. Tidak ada satu gadis pun yang aku lihat memiliki keimanan sempurna sepertimu,” protes Herman dengan penuh keheranan.

“Tidak Herman. Aku belum layak seperti yang kamu bilang. Aku juga perlu banyak belajar mengenai agama. Tapi ada yang lebih pantas dariku, dia sahabatku. Memiliki keimanan yang begitu sempurna. Dia buta, tuli, bisu, dan lumpuh. Pinanglah dia wahai sahabatku. Jika memang engkau tidak memandang fisik,” ucap Khadijah dengan tatapan serius.

Herman sempat terperangah mendengar permohonan sahabat cantiknya tersebut. Bahkan dia sempat berfikir tidak sanggup jika harus hidup bersama dengan wanita yang cacat meski memiliki keimanan yang sungguh.

“Demi aku Herman. Aku berani jamin dia akan bisa mendukung hari-harimu dalam mencari kebenaran ajaran Islam yang sesungguhnya,” ulang Khadijah. “Baiklah. Jika engkau memaksa. Apalah artinya fisik sempurna jika tidak bisa mendampingi menuju jalan Allah yang benar,” ucap Herman mantap.

loading...

Feeds