Ramadan, Momentum Membersihkan dan Menyucikan Diri

ilustrasi

ilustrasi

POJOKBANDUNG.com- ULAMA di masa lalu banyak menekankan kepentingan menyembuhkan penyakit hati. Kerana mereka tahu, banyak masalah yang timbul dan merusakkan hubungan manusia dengan Allah (hablun mina’Llah) dan hubungan sesama manusia (hablun minannas) adalah berpuncak daripada penyakit hati.

Sifat manusia yang ceroboh, suka tergesa-gesa, mudah menyesatkan kelompok lain yang tidak sealiran, ulama’ yang tidak sealiran sehingga menimbulkan kekeliruan dan kerancuan pemikiran dalam masyarakat, juga berpuncak daripada penyakit hati.

BACA JUGA:

Ngabuburit Sambil Menyimak Perubahan Masjid Agung dari Masa ke Masa

Aim Jalan Kaki dari Pekalongan ke Tanah Suci Hanya Berbekal Sedikit Uang, Begini Kisahnya

“Termasuk sifat yang menyukai popularitas, kemasyhuran, pangkat, harta benda, tahta, wanita dan lain lain, sehingga timbullah sikap sombong atau congkak. Ujung-ujungnya adalah  hancurnya persaudaraan, muncul permusuhan, serta merusakkan amal ibadah dan kesejahteraan di dunia maupun akhirat. Itu juga berpuncak daripada penyakit hati,” ujar Trainer Leadership Islam KBPII (Keluarga Besar Persatuan Pelajar Islam Indonesia), Ahmad Nurhono.

Pak Nur-sapaannya- mengungkapkan, ibadah di bulan suci Ramadan sejatinya sangat penting untuk merawat hati menjadi suci bersih, dari segala macam bentuk penyakit yang mengotori hati.

“Dari Abu ‘Abdillah An-Nu’man bin Basyir radhiallahu ‘anhuma berkata,”Aku mendengar Rasulullah bersabda: ……….. Ingatlah bahwa dalam jasad ada sekerat daging jika ia baik maka baiklah seluruh jasadnya dan jika ia rusak maka rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati,” ujar Pak Nur mengutip hadits Bukhari No 52 dan Muslim No 1599.

Dia menjelaskan, kalimat “Ingatlah bahwa dalam jasad ada sekerat daging jika ia baik maka baiklah seluruh jasadnya”, yang dimaksud adalah hati.

“Betapa pentingnya daging ini walaupun bentuknya kecil, daging ini disebut Al-Qalb (hati) yang merupakan anggota tubuh yang paling terhormat. Karena ditempat inilah terjadi perubahan gagasan, sebagian penyair bersenandung. Tidak dinamakan hati kecuali karena menjadi tempat terjadinya perubahan gagasan, karena itu waspadalah terhadap hati dari perubahannya,” tutup pria murah senyum ini.

(mam/jpg)

loading...

Feeds