POJOKBANDUNG.COM, CIREBON – Arus mudik melewati jalur pantai utara (pantura) Jawa dari arah Jakarta ke Jawa Tengah didominasi kendaraan roda dua.
Alasan pemudik menggunakan sepeda motor karena lebih praktis, leluasa, dan hemat biaya.
Umumnya, mereka membawa tas ransel, duffle bag, atau kotak kardus yang diangkut di kendaraannya.
Tak jarang, mereka menempelkan kata-kata maupun pesan lucu yang ditulis di barang bawaannya.
Fenomena itu menjadi hiburan bagi para pemudik lainnya.
Seperti yang ditulis Budy Suprianto saat ditemui tim Pulang Kampung Jawa Pos di Cirebon, kemarin (8/4/2024).
Dia menulis: Durung sukses sing penting mudik Lurr… Jaga jarak bolo, driver e ngantukan. Jakarta-Solo loss Lur.
Pesan itu menyiratkan bahwa tidak harus menjadi sukses untuk sekadar mudik. Karena, bagi orang tua kita, anak merupakan harta yang paling berharga.
Artinya, kedatangan anak di kampung, apalagi di momen lebaran, merupakan saat yang sangat ditunggu-tunggu bagi mereka.
“Kalau motivasi (nulis ini) untuk orang tua sih. Orang tua tinggal ibu. Intinya mau punya duit atau nggak, orang tua itu butuh anaknya. Serius itu,” ungkapnya.
Budy dari Jakarta hendak mudik ke Solo. Membawa istri dan dua orang anak. Dia memilih berangkat dari rumah Minggu malam (7/4/2024), sekitar pukul 23.00.
“Karena lebih nyaman. Jalanan juga cenderung sepi,” ujarnya.
Ada pula, Tri Ngatmawan yang ditemui di Brebes. Dia bersama istri mudik membawa 19 ketupat yang diikat bersama barang bawaannya di bagian belakang. Berangkat dari Tangerang menuju ke kampung di Tegal.
Menurut dia, mudik sambil membawa ketupat membuat perjalanan menyambut lebaran lebih berkesan.
“Apalagi kami orang Jawa, (ketupat) itu supaya lebih khas. Tapi ini belum ada isinya. Cuma kalau masih layak waktu sampai di rumah, ya dipakai. Diisi beras untuk makan bareng keluarga,” beber pria yang akrab disapa Maman itu. (han/Jawa Pos)