Uji Coba Rekayasa Lalu Lintas di Perkotaan Padalarang, Bandung Barat Diperpanjang

POJOKBANDUNG.COM, KAB. BANDUNG BARAT – Uji coba rekayasa lalu lintas di kawasan perkotaan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) dipastikan diperpanjang.

Namun demikian, sejumlah catatan menjadi bahan evaluasi ke depan terkait efektivitas kebijakan rekayasa di perkotaan Padalarang, KBB tersebut.

Pj Bupati Bandung Barat, Ade Zakir mengatakan, berdasarkan hasil rapat evaluasi bersama Forum Lalu Lintas Angkutan Jalan atau LLAJ Bandung Barat memang ada sejumlah catatan dalam penerapan uji rekayasa lalu lintas tersebut.

Baca Juga :Percasi KBB Sukses Gelar Turnamen Catur Cepat Se-Bandung Barat

“Pertama kita belum optimal mengamankan Pasar Tagog Padalarang dari PKL. Kedua, di KCIC ternyata belum ada serah terima bangunan, sehingga rekayasa yang ada di internal masih terkendala,” katanya.

Ia menambahkan, ada beberapa hal dan masukan yang pada akhirnya memutuskan pihaknya untuk tidak menetapkan rekayasa lalu lintas tersebut, sehingga perlu dilakukan perpanjangan uji coba rekayasa lalu lintas lagi.

“Selain itu, ternyata ada jalan-jalan yang memang belum dikeraskan sehingga badan jalan jadi kecil, ada juga bekas galian yang harus diratakan. Banyak sekali tadi masukan-masukannya,” katanya.

Baca Juga :Pemilik Rumah Terbakar di Padalarang KBB Berharap Bantuan Pemerintah

“Termasuk diperlukan perubahan sikap dan mental kita juga, seperti persoalan parkir sembarangan dan lainnya yang perlu diberikan sosialisasi dan dilakukan perbaikan-perbaikan,” imbuhnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, pihaknya bakal mencoba memperpanjang uji coba rekayasa lalu lintas hingga pada momen Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025.

“Saya pun memberikan amanat kepada Kepala Dinas Perhubungan bahwa nanti sampai ke Nataru perpanjang, tetapi apabila terjadi stagnan dan lain sebagainya harus ada alternatif-alternatif untuk membuka,” katanya.

Baca Juga :Wahoo Waterland Rekomendasi Wisata Liburan yang Ada di Kotabaru Parahyangan Padalarang KBB

Ia menegaskan, pihaknya mendorong PT KCIC untuk melakukan penataan di internal agar kepadatan lalu lintas di sekitar stasiun kereta Whoosh dapat terurai dengan solusi yang bisa disodorkan.

“Ada beberapa pemikiran apakah nanti mereka memanfaatkan Gate in (pintu masuk) di sebelah utara, sehingga tidak ada penumpukan kendaraan di kawasan tersebut,” katanya.

“Atau membuat sky bridge dan memanfaatkan lahan yang ada di seberang jalan sehingga tidak ada crossing,” tandasnya.

Sementara itu, Kepala Dishub KBB, Fauzan Azima mengatakan, di awal penerapan rekayasa uji lalu lintas sejumlah skema telah disiapkan dan dilakukan.

Salah satunya di Simpang Tagog ada persoalan mendasar sehingga pihaknya mengubah skemanya seperti semula.

“Jadi sebenarnya rekayasa ini hanya merubah tiga ruas jalan secara umum, yakni ruas Jalan Purwakarta, Jalan Raya Cihaliwung dan Jalan Raya Gedung Lima yang asalnya satu arah menjadi dua arah. Sementara untuk ruas jalan yang lainnya tetap,” katanya.

Ia menambahkan, ada beberapa ruas jalan yang pihaknya lakukan redesain, yakni underpass Jalan Raya Panaris. Di kawasan itu pihaknya memasang bundaran kecil yang bertujuan untuk menerapkan budaya tertib berlalu lintas.

“Pemasangan bundaran kecil itu dilakukan untuk membudidayakan tertib, jadi antre masuk ke satu ruas. Kan antara Jalan Panaris dan Underpass itu beda jauh lebarnya, sehingga masyarakat bisa lebih terarah. Jadi mengarahkan fungsinya,” ujarnya.

Lebih jauh dari itu, ada beberapa skema rekayasa lalu lintas yang sifatnya mengedukasi sesuai arahan pak Pj Bupati Bandung Barat agar masyarakat khususnya di perkotaan bisa lebih tertib.

“Termasuk di Jalan Raya Cihaliwung diperlukan redesain simpang lantaran ada pulau di tengah yang menghalangi pemandangan jarak pandang pengemudi. Kemudian ada Samsat Keliling yang nanti pindah ke masjid dekat PN Kertas yang mungkin bisa membantu,” katanya.

“Tapi ke depan, perlu dilakukan redesain simpang namun skema dua arahnya masih tetap karena di perkotaan memudahkan aksesibilitas, sehingga jangan sampai aksesibilitas itu nanggung,” imbuhnya.

Ia menegaskan, di awal penerapan Jalan Panaris dua arah, Jalan Raya Padalarang dua arah, Cihaliwung satu arah, Gedung Lima satu arah, Jalan Raya Purwakarta satu arah sehingga bottleneck di tengah-tengah.

“Nah konsep bottleneck di perkotaan itu kurang bagus. Sehingga kita maksimalkan biar antre tapi tertib di perkotaan,” pungkasnya. (KRO)

loading...

Feeds