Hadirkan Mesin Pengolah Sampah, Warga Ubah Sampah Plastik Jadi Bahan Bakar

Kepala Desa Bojongsari, Asep Sunandar saat menunjukkan proses pembakaran dan pengolahan sampah menjadi bahan bakar minyak, Kamis (8/9).  NUR ILHAM NATSIR/ RADAR BANDUNG

Kepala Desa Bojongsari, Asep Sunandar saat menunjukkan proses pembakaran dan pengolahan sampah menjadi bahan bakar minyak, Kamis (8/9). NUR ILHAM NATSIR/ RADAR BANDUNG

POJOKBANDUNG.com, BOJONGSOANG – Penanganan timbulan sampah di Kabupaten Bandung masih menjadi persoalan pelik bagi pemerintah daerah hingga saat ini. Namun, inovasi warga Desa Bojongsari mungkin bisa dilirik sebagai salah satu solusi.

Di tengah ramainya gejolak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), warga Desa Bojongsari, Bojongsoang, Kabupaten Bandung menghadirkan inovasi mesin pengolah sampah menjadi bahan bakar.

Penggagas dan pengolah sampah itu adalah Sahrum Umar Jaya atau yang kerap disapa Heru. Warga Desa Bojongsari ini, menghadirkan mesin untuk mengolah sampah menjadi bahan bakar yang saat ini menjadi permasalahan di tengah masyarakat akibat lonjakan harga.

Heru telah bergelut dengan sampah sejak tahun 1991, ia bekerja di bidang pembakaran sampah. Heru resah, bertahun-tahun mengurusi sampah tapi hanya membakarnya saja tanpa menjadikannya suatu yang lebih bernilai ekonomis.

Oleh karenanya, ia merasa perlu untuk memikirkan produk apa yang bisa dihasilkan oleh sampah agar tak lagi berakhir menjad abu dan asap saja. “Panjang perjalanan saya tentang pengelolaan sampah. Namun, Produk kita yang dulu itu cuma bisa membakar saja, tanpa menghasilkan produk yang lain,” ujar Heru, Kamis (8/9).

BACA JUGA: Polsek Ciparay Bagikan 75 Paket Sembako kepada Para Angkot

Tahun 2019, Heru makin penasaran dengan produk olahan sampah. Hingga akhirnya, ia bersama sjumlah warga lainnya, memutuskan untuk mencari tahu berbagai jenis pengolahan sampah dari sejumlah literatur, dan menemukan konsep pengolahan sampah menjadi bahan bakar minyak dengan mesin khusus.

“Awalnya kami lihat di YouTube, terus baca-baca di beberapa buku juga. Ternyata ada keterangan bahwa plastik memiliki kandungan etanol yang jika diolah, akan menghasilkan minyak tanah atau bensin dan solar,” tuturnya.

Berbekal mesin pembakaran sampah yang ada, Heru bersama warga lainnya memodifikasi mesin tersebut menjadi mesin suling sampah plastik, memanfaatkan panasnya menjadi bahan bakar minyak. “Sekarang kita gak harus beli gas, tanpa harus beli oli bekas, jadi kita manfaatin produk kita juga untuk mesin ini,” ungkapnya.

BACA JUGA: Menteri ATR/BPN Hadi Tjahjanto Janji BerantasMafia Tanah

Cara Kerja Mesin

Heru mengambil prinsip proses penyulingan sampah jenis PP dan PE menjadi BBM. Mesin yang telah dimodifikasi, memiliki beberapa bagian, seperti tempat pembakaran, cerobong, penyaringan abu, dan tempat penyulingan.

Cara kerja utamanya yaitu, membakar semua sampah. Namun, khusus untuk sampah plastik jenis PP dan PE dimasukkan ke dalam tempat penyulingan. Panas yang dikeluarkan pembakaran sampah umum, lantas digunakan untuk menyuling sampah plastik jenis PP dan PE.

Dari tempat penyulingan, terpasang tiga pipa kecil yang berfugsi sebagai saluran BBM hasil penyulingan. Masing-masing pipa menyalurkan 3 BBM berbeda, yakni setara premium, solar, dan minyak tanah. “Dari 10 kg sampah plastik, bisa menghasilkan 8 kg BBM,” ujarnya.

Dengan adanya mesin karya Heru itu, bisa menyelesaikan permasalahan sampah di Desa Bojongsari. Dalam satu jam, mesin tersebut mampu membakar 3 kubik sampah.

“Mudah-mudahan ke depan semua Desa bisa mempergunakan alat seperti ini. Pertama kita bisa menghasilkan bahan bakar dan kedua akan mengurangi sampah,” ucap Heru.

Kepala Desa Bojongsari, Asep Sunandar menjelaskan adanya mesin tersebut berawal dari permasalahan timbulan sampah telah melebihi kapasitas di wilayahnya.

“Ini berawal dari permasalahan sampah di desa Bojongsari yang mungkin overload. Ketika ada program TPS3R dan program tersebut hanya untuk 200 KK, ementara yang masuk ke TPS3R itu ada 700 KK, jadi overload di TPS3R,” tegasnya.

Sebab itu, Asep lantas menyambut gagasan Heru tentang pengolahan sampah dan berkolaborasi dalam membuat mesin pengolahan sampah menjadi BBM. Meski telah berhasil mengolah sampah menjadi BBM, ia mengaku kualitas bahan bakar tersebut masih perlu kajian dari pihak yang berkompeten dibidangnya.

“Hasilnya, jenis Solar, Premium, atau minyak tanah. Tapi itu harus ada kajian yang lebih lanjut oleh tim yang berkopeten di bidangnya,” kata Asep.

Oleh karena itu, Asep berharap inovasi warganya itu, bisa diperhatikan dan dilakukan kajian mendalam oleh pihak-pihak terkait agar betul-betul bisa dimanfaatkan menjadi alternatif BBM yang kini harganya berada di atas awan.

“Ketika yang lain ribut harga BBM, kita di sini berhasil menemukan. Ini kan sebuah potensi, harusnya bisa dikembangkan menjadi BBM yang berkelanjutan dari plastik, dari tanaman dan banyak lagi,” tandas Asep.

(sir)

loading...

Feeds