POJOKBANDUNG.COM, NGAMPRAH – Alat pendeteksi dini bencana (early warning system), yang terletak di Kampung Cihaliwung, RT 03/06, Desa Kertamulya, Kecamatan Padalarang tidak berfungsi. Khawatir atas hal tersebut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung Barat, harus melakukan pengecekan ke lokasi untuk memastikan.
Tidak berfungsinya alat deteksi bencana tersebut, dibenarkan oleh Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Bandung Barat, Agus Rudianto. Ia mendapat laporan tersebut dari anggota yang bersiaga di lokasi. Menurut dia, tidak berfungsinya alat tersebut akibat longsor yang terjadi beberapa waktu lalu.
“Betul alatnya rusak, sekarang kami akan segera memperbaiki dengan melaporkan kejadian ini ke Badan Geologi, yang memberi alat tersebut,” tutur Agus
Agus menjelaskan, pihaknya meinginkan agar alat tersebut dapat secepatnya kembali berfungsi. Pasalnya, saat ini alat tersebut sangat dibutuhkan untuk mendeteksi dini bencana khususnya longsor.
“Apalagi sekarang memasuki musim hujam rawan longsor, jadi kami berharap pihak Geologi biaa secepatnya merespon dan mengecek alat pendeteksi tersebut,” ujarnyam
Selain di Cihaliwung, Kata Agus, masih ada dua alat pendeteksi dini bencana lainya yang terpasang di Kampung Tipar Timur, Desa Laksanamekar, Padalarang. Alat yang dipasang tak jauh dari Taman Makam Bahagia tersebut merupakan bantuan dari lembaga Bulan Sabit Merah dan dikelola oleh Kelompok Siaga Bencana (KSB), Desa Laksanamekar.
Satu lagi alat serupa dipasang di Kampung Jati Radio, RT 02/12, Desa/Kecamatan Cililin, bantuan dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pada tahun 2018.
Dipilihnya lokasi tersebut karena pernah kejadian longsor pada 10 Maret 2017. Kejadian itu menyebabkan empat rumah rusak berat, 4 korban luka, dan 90 kepala keluarga (KK) diungsikan. Longsor itu bukan kejadian pertama, tapi sudah yang ke tiga kali, setelah sebelumnya terjadi pada tahun 2015 dan 2016.
“Kalau alat early warning system di dua lokasi itu alhamdulillah masih berfungsi. Prinsip kerjanya ketika terjadi longsor ataupun pergerakan tanah maka akan mengeluarkan suara sirene,” jelasnya.
Alat tersebut, lanjut Agus, mengeluarkan suara yang cukup keras sehingga dapat terdengar hingga radius ratusan meter. Alatnya ada dua unit. Pertama, dipasang di puncak bukit. Kedua, berada di SMA Mitradarma Cililin.
Saat dipasang, tim dari BPPT memberikan pengarahan dan simulasi kepada warga sekitar agar mengetahui cara kerjanya. Sehingga, jika alatnya rusak juga bisa langsung dilaporkan.
“Teknisi dari BPPT sudah memberikan nomor kontak kepada aparat Pemerintahan Desa Cililin. Itu untuk memudahkan jika terjadi kerusakan atau alatnya tidak berfungsi, sehingga bisa langsung mengontak,” pungkasnya.