POJOKBANDUNG.com, BANDUNG – Berdasarkan Fatwa MUI nomor 14 Tahun 2020 terkait Virus Corona (Covid -19) bahwa masyarakat dapat salat Jumat di rumah dengan diganti oleh salat dzuhur.
Ditambah dengan diduganya muncul Maklumat dari DKM Masdjid Raya Bandung Provinsi Jawa Barat yang menyatakan sementara waktu tidak ada salat Jumat dan salat wajib lima waktu secara berjamaah, dengan alasan terkait surat edaran keputusan Gubernur Jawa Barat nomor 400/25/UM tanggal 13 Maret 2020.
Hal ini sungguh sangat miris bagi umat muslim Jawa Barat yang ingin menjalankan ibadah yang sudah rutinitas tersebut diberhentikan.
Ketua Umum Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Terima Rorongsokan Istimewa (Terorist) Jawa Barat Tatan Sophian angkat bicara.saat dikonfirmasi di kantornya Jalan Soekarno-Hatta Rabu (18/3/2020).
Menurut Tatan, hal ini sungguh menyedihkan, hanya karena faktor virus Corona (Covid-19) ibadah terhadap Allah SWT sampai dihentikan sementara.
“Ini yang sangat salah besar, virus Corona datang dari Allah SWT, Allah telah menurunkan cobaan kepada seluruh masyarakat di dunia, kuatkah ibadahmu kepadaNya dengan diberikan bencana penyakit seperti ini? jelas Tatan.
Seharusnya, kata Tatan, dengan cobaan seperti ini, umat manusia bukan malah menjauhi sang pencipta, tapi seharusnya umat manusia lebih mempertebal Beriman dan Iman kepada Allah SWT, agar dijauhkan dari hal-hal yang tidak dinginkan, maka secara etika dan logika seimbang, maka agamamu sempurna, dengan mendekatkan diri pada Allah SWT.
“Berarti menurut saya, pejabat yang mengeluarkan fatwa tersebut lebih takut terhadap virus Corona daripada Allah SWT,” kata Tatan.
“Kalau kita kaji, sebenarnya yang lebih jahat adalah bukan virus Corona tapi yang korupsi memakan uang rakyat dan menggerogotinya hingga merugikan negara dan sampai saat ini tidak ada obatnya, tidak diberantas secara tuntas keakar-akarnya, inilah yang sebenarnya penyakit yang berbahaya, bahkan semua tidak mampu memberantasnya,” sambung Tatan.
Bahkan kelakar Tatan, orang korupsi inilah yang jahatnya lebih dari virus Corona jangka pendek, jangka panjang, dan ‘jang ka dapur’, inilah yang belum ada obatnya,” pungkas Tatan.