POJOKBANDUNG.com – Calon wali kota Bandung, Arfi Rafnialdi terus berupaya menyerap aspirasi masyarakat di masa kampanye. Tak jarang, sang istri, Mutya Assegaf turut membantu dan menemani Arfi blusukan.
Biasanya, mereka berbagi tugas ke berbagai wilayah. Terbaru, Mutya mengunjungi kelompok disabilitas di Kecamatan Coblong, Minggu (20/10).
Mutya menyampaikan bahwa salah satu isu yang paling sering muncul dalam kegiatannya bertemu warga adalah masalah ekonomi, yang berdampak pada kesejahteraan hidup dan tempat tinggal masyarakat.
“Dalam program Jumat Berkah dan blusukan, saya sering menemukan masalah utama terkait ekonomi, yang berpengaruh pada kesejahteraan hidup dan tempat tinggal. Di Bandung, masih banyak hunian yang tidak layak,” ujar Teh Mutya.
Mutya mengaku sedih melihat kondisi tersebut, terutama ketika berhadapan dengan warga lanjut usia yang kurang mendapatkan perhatian, serta mereka yang sakit namun tidak mampu berobat.
Hal itu kata dia, jadi pelajaran penting bahwa ada beberapa hal yang perlu lebih diperhatikan oleh pemerintah khususnya terkait masalah ekonomi, tempat tinggal, dan kesehatan penduduk lanjut usia.
“Bagi saya, yang utama itu warga tenang kalau tahu besok bisa makan apa, anak bisa sekolah, dan kalau sakit bisa berobat. Pemerintah harus memperhatikan tiga hal ini, ekonomi, pendidikan, dan kesehatan,” tegasnya.
Mutya juga menyoroti pentingnya program inklusif yang bisa memfasilitasi semua kalangan masyarakat, termasuk lansia, disabilitas, dan anak berkebutuhan khusus. Kota Bandung menurutnya, harus menjadi tempat tinggal yang nyaman bagi semua kalangan.
“Penting sekali bahwa program inklusif harus mampu menjangkau seluruh masyarakat, terutama mereka yang tidak sehat atau memiliki kebutuhan khusus. Pemerintah harus bisa memfasilitasi ini,” ujarnya.
Dia juga menyinggung persoalan stunting. Menurutnya, pengentasan stunting bisa dilakukan dari posyandu dengan dukungan dana Program Inovasi Pemberdayaan Pembangunan Kewilayahan (PIPPK).
“Di Posyandu Babakan Ciparay, saya temui kasus stunting hanya satu, namun secara keseluruhan angka stunting di Bandung masih tinggi. Ini menunjukkan bahwa pemberdayaan Posyandu belum optimal, dan bisa didukung melalui dana PIPPK,” pungkasnya.