Eka Nusa Pertiwi Coba Dekonstruksi Teater Tradisional Melalui Post Teater

POJOKBANDUNG.COM, KOTA BANDUNG – Sutradara muda Eka Nusa Pertiwi berhasil menghadirkan pementasan Post Teater yang memukau penonton di ISBI Bandung.

Eka Nusa Pertiwi Coba Dekonstruksi Teater Tradisional Melalui Post Teater

Salah seorang aktor pentas Post.Theatre, Wanggi Hoed tengah menampilkan pantomim di depan penonton pentas yang hadir di Studio Teater, Isbi Bandung, Jumat 30 Agustus 2024. FOTO-FOTO: PUTRA WAHYU PURNOMO/POJOKBANDUNG.COM

Pertunjukan teater ini menjadi bagian dari kelulusan studinya, sekaligus media bagi Eka untuk mendekonstruksi teater tradisional dengan sentuhan kontemporer.

Melalui Post Teater, Eka mengangkat isu-isu sosial yang relevan, seperti post-truth, konflik global, dan budaya yang terancam punah, dengan pendekatan dramaturgi evokatif dan partisipasi penonton.

Baca Juga :Pasangan H.Ruhimat dan Aceng Kudus Alias Jimat-Aku Tutaskan Tes Kesehatan, Kang Jimat : Siap Lanjutkan Jawara Dua

“Post Teater ini bukan hanya sekadar pertunjukan, tapi juga cara saya membongkar teater tradisional dan menyesuaikannya dengan perubahan zaman. Saya ingin teater bisa terus berkembang dan tetap relevan di setiap era,” ujar Eka.

Dia menyampaikan, Post Teater juga menjadi wadah kritik sosial yang menyoroti bagaimana informasi bisa dimanipulasi oleh kekuatan ekonomi global.

Dia pun turut menyampaikan kritiknya terhadap perusahaan besar yang menyebarkan berita palsu untuk kepentingan ekonomi.

Baca Juga :Lima Bacakada Pilkada Kabupaten Bandung Barat Rampung Jalani Pemeriksaan Kesehatan

Namun begitu dia, tidak menyalahkan jurnalis sebagai pemroduksi berita, justru ia menyebut awak media sering dijadikan korban oleh perusahaan besar.

“Saya tidak mengkritik jurnalistik, karena mereka juga korban. Kritik saya lebih kepada perusahaan besar yang ingin menguasai ekonomi global dengan menyebarkan fitnah,” tegasnya.

Meski bukan berasal dari Bandung, dia merasa sangat terinspirasi oleh semangat dan kreativitas seniman lokal. Proses pembuatan Post Teater dilakukan secara kolaboratif, melibatkan berbagai komunitas seni di Bandung.

Baca Juga :Alhamdulillah, Gerakan Pembagian 10 Juta Bendera di Subang, Mendapat Apresiasi Kemendegri

Dia mengaku kolaborasi ini menciptakan energi baru yang membuat pementasan berjalan lancar dan lebih hidup.

“Seniman-seniman Bandung itu kreatif banget dan luar biasa semangatnya. Mereka benar-benar membuat saya terus bersemangat dan tidak merasa capek selama proses kreatif ini,” tuturnya.

Pementasan ini juga menjadi bagian dari risetnya yang telah berjalan selama dua tahun dan terus berkembang.

Ia menuturkan, Post Teater bukan sekadar pertunjukan, tetapi juga bentuk eksperimen berkelanjutan yang tidak dibatasi oleh waktu atau target tertentu.

Dia pun menekankan bahwa teater harus terus berubah sesuai dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan akar klasik dan tradisionalnya.

“Proses ini terus berkembang dan saya tidak tahu kapan akan selesai. Yang jelas, teater harus selalu berevolusi dan menjadi medium yang mampu beradaptasi dengan perubahan sosial dan budaya,” ungkapnya.

Dia pun berharap Post Teater dapat menjadi inspirasi bagi dunia teater untuk terus berinovasi tanpa kehilangan jati diri. “Dengan pendekatan eksperimental dan kritik sosial yang tajam, Post Teater hadir sebagai bukti bahwa teater masih relevan sebagai media refleksi dan perubahan sosial di era digital saat ini,” pungkasnya. (rup)

 

 

loading...

Feeds