Upayakan Mpox Tak Masuk ke Indonesia, Kemenkes Lakukan PCR di Dua Tempat Ini

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Foto: Dery Ridwansah/ JawaPos.com. Sementara itu foto atas, Ilustrasi. RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo) Jakarta. Foto: Instagram RSCM

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Foto: Dery Ridwansah/ JawaPos.com. Sementara itu foto atas, Ilustrasi. RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo) Jakarta. Foto: Instagram RSCM

POJOKBANDUNG.COM, JAKARTA – Presiden Joko Widodo bergerak cepat menangani Mpox atau cacar monyet.

Upayakan Mpox Tak Masuk ke Indonesia, Kemenkes Lakukan PCR di Dua Tempat Ini

Presiden Joko Widodo (Jokowi). Foto: Setpres. Sementara itu, foto atas, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.Foto: Dery Ridwansah/ JawaPos.com. Upayakan Mpox Tak Masuk ke Indonesia, Kemenkes Lakukan PCR di Dua Tempat Ini

Selasa 27 Agustus 2024 Presiden Jokowi menyelenggarakan rapat terbatas untuk membahas perkembangan Mpox di Indonesia.

Kementerian Kesehatan berencana untuk menambah 1.000 dosis vaksin lagi untuk Mpox.

Baca Juga :Polres Cimahi Ringkus Puluhan Tersangka Pengedar Narkoba, Ini Penjelasan Kapolres

Dari temuan Kementerian Kesehatan, setdaknya sudah ada 88 kasus cacar monyet di tanah air.

Badan kesehatan dunia (WHO) telah menyebut Mpox sebagai sebagai pandemi pada 14 Agustus lalu.

Kepala Negara menaruh perhatian pada peningkatan penyebaran wabah Mpox. Apalagi Indonesia akan menyelenggarakan Indonesia-Africa Forum (IAF) di Provinsi Bali.

Baca Juga :Akselerasi Potensi Bisnis dan UMKM, Bank Bjb Buka KCP Unjaya di Sleman, Yogyakarta

“Ini saya minta betul-betul ada upaya preventif,” kata Jokowi dalam arahannya.

Seusai rapat, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan  kasus Mpox di Afrika cukup mengkhawatirkan karena adanya varian baru yang lebih ganas dari varian sebelumnya yang merebak di Indonesia.

Namun Budi menyebut sudah ada vaksin untuk Mpox.

“Indonesia pada 2022 waktu kemarin WHO mencabut status pandemi sudah datangkan seribu vaksin dari Denmark dan itu sudah kita berikan ke orang-orang yang memang memiliki risiko tinggi,” katanya.

Budi menyatakan pemerintah akan memperketat surveilan. ”Jadi Bapak Presiden tadi sudah memutuskan kita akan aktifkan lagi Electronic Surveillance Card. Dulu ingat pedulilindungi. Jadi orang-orang datang dari luar negeri dia isi nanti dikasih QR Code kalau dia kuning, hijau, merah,” katanya. Pemerintah akan memantau kesehatan para pelancong luar negeri.

”Kalau ternyata memang tinggi dan ada ruam-ruam nanti diambil PCR,” katanya.

Saat ini sudah ada dua mesin PCR dengan kecepatan deteksi hanya 30 menit. Dua mesin ini ditempatkan di Jakarta dan Bali.

Lalu untuk vaksinasi, Budi berharap minggu ini akan datang 1000 dosis vaksin lagi. Vaksin ini dari Denmark.

Indonesia tengah melakukan diplomasi dengan pemerintah Jepang agar bisa mengimpor vaksin dari mereka.

”Rencana kita mau berusaha agar bisa dapat agak banyak lah yang dari Jepang Ini,” ungkapnya.

Untuk fasilitas kesehatan, semua rumah sakit di Bali dan Jakarta sudah  disiapkan. Obat-obatan sudah dikirim.

”Mpox yang di Indonesia itu varian 2B atau Claide 2B, yang di Afrika itu varian 1B Ya itu fatality rate-nya tinggi, mendekati 10 persen,” kata Budi.

Varian 1B ini belum menyebar kemana-mana. Sejauh ini baru dua negara yang terdeteksi, yakni Swedia dan Thailand.

Mereka berasal dari Afrika.

Namun Budi menegaskan tidak ada pembatasan tamu dari Afrika karena WHO sudah menganjurkan tidak ada diskriminasi.

Penyebaran penyakit Mpox juga menjadi perhatian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Kepala Organisasi Riset (OR) Kesehatan BRIN Prof Ni Luh Putu Indi Dharmayanti mengatakan, akhir-akhir ini isu penularan penyakit Mpox semakin kencang.

Penularan penyakit Mpox menjadi bahan pembicaraan di tingkat global dan nasional. Dia mengatakan setiap kementerian dan lembaga, diminta untuk mencegah, mengatasi, dan mewaspadai penularan penyakit Mpox.

Lebih lanjut dia mengatakan pemerintah saat ini sedang fokus mengatasi relisiko penularan penyakit dari hewan ke manusia atau disebut zoonosis.

Indi mengatakan ada pendekatan baru yang sudah diakui secara global untuk menangani masalah kesehatan yang semakin kompleks dan lintas disiplin ilmu.

Pendekatan baru itu adalah one health.

’’Pendekatan one health fokus pada keterkaitan erat antara kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan,’’ katanya.

Dari riset yang sudah ada, menjelaskan bahwa sekitar 70 persen penyakit endemik yang menjadi pandemi, berasal dari hewan.

Untuk itu pendekatan one health akan terus diperkuat.

Dalam praktiknya nanti upaya deteksi dini dan identifikasi cepat dilakukan.

Pemantauan dilakukan pada populasi hewan maupun manusia.

Menurut dia pemantauan berkelanjutan terhadap hewan dan lingkungan, dapat memberikan peringatan dini terhadap wabah zoonosis. (lyn/wan/jawa pos)

 

 

 

loading...

Feeds