Asmudjo Ingin Intimidasi Pengunjung Agar Ingat Kerusakan Ekologis

POJOKBANDUNG.com, BANDUNG – Pameran seni bertajuk “Tubuh Antroposen” karya Asmudjo J. Irianto masih berlangsung di Bale Tonggoh Selasar Sunaryo Art Spaces (SASS) hingga 18 Agustus 2024 mendatang. Salah satu hal menarik yang dapat pengunjung nikmati dari pameran ini adalah bentuk penataan ruang yang disajikan oleh sang seniman.

Pameran yang mengambil tema besar kerusakan ekologi ini menampilkan sejumlah karya yang bicara mengenai rusaknya lingkungan hidup yang di sekitar manusia oleh kegiatan yang dihasilkan oleh manusia itu sendiri.

Asmudjo menjelaskan, salah satu upaya yang digunakannya untuk membangun awareness terhadap pengunjungnya adalah penataan letak karya yang dapat dikatakan tidak umum dalam kegiatan pameran seni.

“Kalau pameran konvesional itu kan misal lukis atau foto dipajang di dinding gallery, atau patung yang disusun rapi, nah kalau pameran ini memang sengaja saya buat penuh tak beraturan juga,” kata Asmudjo, ditulis Rabu (17/7).

“Tujuannya kalau saya pribadi memang ingin membuat pengunjung terintimidasi ya kalau bisa memang akan dibikin penuh ruang pamernya,” sambung dia.

Ia menjelaskan terkait pemilihan konsep penataan ruang tersebut, dia menyebut hanya memindahkan perspektifnya dari subjek manusia sebagau pencipta kerusakan menjadi manusia sebagai korban dari kerusakan alam tersebut.

“Jadi intimidatif yang saya maksud tadi soal manusia sebagai subjek bahwa pembangunan yang kini berlangsung jor-joran itu bisa membawa dampak terutama bagi alam. Makanya penataannya dibuat begitu sebisa mungkin untuk membangun kesadaran bahwa kerusakan ekologi ini sudah terjadi,” ujarnya.

Dia menjelaskan karya yang ditampilkan dalam pameran ini akan terus bertambah maupun berkurang sampai nanti pameran berakhir. “Akan ada karya-karya baru yang nanti masuk, karena memang belum seluruh karya selesai. Kemarin juga ada beberapa karya yang sudah diganti, jadi bisa disebut karya ini jadi satu kesatuan instalasi seni begitu,” sebutnya.

“Nanti mungkin yang terakhir masuk karya yang kolaboratif dengan Pak Tisna, itu juga akan kolab dengan pemulung-pemulung soal bahan baku karya itu, karena di karya kolaborasi ini saya fokusnya ke sampah,” terang dia.

Sementara itu, pakar ekologi Institut Teknologi Bandung (Itb), Prof. Dr. Tati Suryati Syamsudin menyampaikan hadirnya pameran ini tentu saja diharapnya bisa membangun kesadaran masyarakat soal kerusakan ekologi yang kini mulai terjadi.

“Pertama saya apresiasi kepada Pak Asmudjo karena sudah menghadirkan karya yang merupakan refleksi hasil kegiatan manusia di bumi. Sehingga kita bisa lihat tubuh yang dihadirkan (Asmudjo) tadi mengeluarkan polutan itu kan tercermin dari aktivitas yang dilakukan manusianitu sebetulnya tidak nyaman bagi lingkungan,” jelas Tati.

Dia pun mengharap dengan hadirnya pameran ini pun bisa membangun kesadaran baru soal menjaga lingkungan, sehingga kedepannya bencana ekologis dapat dicegah dan kualitas hidup manusia dapat semakin meningkat.

“Persoalan lingkungan itu sebetulnya bisa dibenahi lewat kesadaran manusianya, dan kesadaran manusia untuk tetap hidup di lokasi yang nyaman dan aman itu saya kira terus tumbuh ya,” jelasnya.

“Tapi mungkin memang belum semua masyarakat bisa untuk mengakses hal tersebut. Tapi saya yakin untuk ke depannya di Bandung sendiri akan terus lebih baik ya kondisi ekologisnya jika melihat sekarang sudah banyak generasi muda yang aware dengan isu ini,” pungkasnya. (rup)

 

loading...

Feeds