Jelang Kemarau, Waspada Perubahan Suhu Ekstrim

POJOKBANDUNG.com, BANDUNG – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Bandung meminta masyarakat agar mewaspadai perubahan suhu cuaca ekstrim yang berpotensi terjadi pada masa peralihan dari musim penghujam ke kemarau.

Hal tersebut disampaikan oleh Prakirawan Cuaca BMKG Bandung, Yuni Yulianti yang menyebut pada akhir Mei 2024 ini wilayah Kota Bandung dan Bandung Raya tengah memasuki masa peralihan (pancaroba).

“Untuk Jawa Barat sendiri beberapa wilayah di bagian utara seperti Karawang, Indramayu, Subang, dan yang lain itu di Mei ini sudah masuk (kemarau) kalau untuk Kota Bandung dan Bandung Raya, prediksi kami itu di awal Juni baru masuk kemarau,” kata Yuni, Kamis (30/5).

Dia menerangkan, kendati akan masuk musim kemarau, tidak menutup kemungkinan hujan masih akan mengguyur wilayah Bandung Raya. Namun disebutnya hujan tersebut tidak akan berlangsung lama dan intensitasnya pun dapat dikatakan rendah.

“Hujan masih ada tapi intensitasnya tidak panjang seperti musim hujan ya, tapi ada. Hujan itu juga dipengaruhi oleh kemunculan awan hujan bersamaan dengan angin monsun Australia yang karakternya kering dan panas,” terangnya.

Untuk itu, pihaknya pun mengimbau kepada masyarakat agar tetap mewaspadai perubahan suhu ekstrim yang mungkin terjadi selama masa peralihan. Ia pun meminta masyarakat untuk terus memantau perkembangan kondisi cuaca melalui laman resmi milik BMKG.

“Potensi cuaca ekstrim selama masa peralihan ini tetap ada, misal siang panas lalu tiba-tiba hujan itu masih bisa terjadi karena pertumbuhan awan hujan terjadi juga ya, untuk itu masyarakat agar tetap menjaga kebugaran kondisinya juga memperbanyak minum air putih,” imbaunya.

Cuaca Panas Bukan Efek Gelombang Panas

Dalam beberapa waktu ke belakang, beberapa negara di kawasan Asia Tenggara terdampak fenomena gelombang panas (heat wave). Beberapa negara tersebut antara lain Thailand, Myanmar, Filipina, Kamboja, dan Vietnam yang menyebabkan puluhan warga negara tersebut meninggal lantaran gelombang panas yang terjadi.

Kendati terjadi fenomena gelombang panas di sekitar Indonesia, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Bandung menyebut fenomena gelombang panas tersebut tidak terjadi di Indonesia terutama di wilayah Kota Bandung dan Bandung Raya.

Prakirawan Cuaca BMKG Bandung, Yuni Yulianti menyebutkan, suhu panas yang terjadi di wilayah Bandung Raya dipengaruhi oleh fenomena gerak semu harian matahari yang kini menyinari di bagian utara ekuator.

“Kalau gelombang panas tidak ya, suhu panas yang terjadi sekarang itu karena posisi matahari berada tidak jauh dari ekuator di belahan bumi utara, menyebabkan wilayah ekuator mendapatkan penyinaran matahari yang maksimum,” kata Yuni.

“Juga tutupan awan di wilayah Bandung Raya mulai sedikit signifikan, juga karena pertumbuhan awan sedikit maka penyinaran matahari jadi maksimum masuk ke wilayah Jabar juga Bandung,” imbuhnya.

Ia menjelaskan fenomena tersebutlah yang memengaruhi naiknya suhu Kota Bandung menjadi lebih panas dibanding sebelumnya. Dia menyebut untuk saat ini rataan suhu cuaca di Kota Bandung ada di angka 29-32 derajat celcius.

“Kemarau nanti biasanya ada kenaikan suhu lagi jadi lebih panas tapi tidak sampI ke tahap ekstrem. Jika melihat tahun sebelumnya itu prediksi kami suhu akan ada di kisaran 30-35 derajat,” ujarnya.

“Tapi harap diperhatikan juga di bulan Juli nanti kemungkinan suhu udara di Kota Bandung akan lebih dingin jika dibanding bulan lainnya. Suhunya bisa sampai 16 atau 17 derajat jadi masyarakat harus waspada juga dengan perubahan cuaca yang terjadi,” pungkasnya. (rup)

loading...

Feeds