POJOKBANDUNG.com, PADALARANG – Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Bandung Barat (KBB) meminta kepala sekolah untuk meminimalisir dampak bencana yang dapat mengganggu aktivitas pembelajaran di lingkungan sekolah.
Berdasarkan data BPBD KBB menyebut, setidaknya hingga pertengahan Januari 2024 ini dua sekolah di Kabupaten Bandung Barat terdampak bencana longsor.
Kedua sekolah tersebut yakni SDN 2 Parigi, Desa Tagogapu RT 02/11 Kecamatan Padalarang dan SDN 2 Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Bandung Barat.
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) KBB, Asep Dendih mengatakan, di tengah cuaca ekstrem seperti saat ini pihak sekolah harus melihat dan mengawasi berbagai potensi bencana yang ada di lingkungan sekolah.
“Ada beberapa jurus jitu yang bisa dilakukan kepala sekolah agar para siswa bisa tetap mendapatkan haknya untuk belajar di tengah kepungan bencana hidrometeorologi yang terjadi di Bandung Barat,” katanya.
Ia menambahkan, pihak sekolah harus segera melapor kepada pihak terkait ketika ada potensi bencana yang terjadi di lingkungan sekolah.
“Tentu yang lebih mengetahui potensi bencana apakah itu banjir atau longsor itu kepala dan warga sekolah,” katanya.
“Misalnya, jika ditemukan tembok penahan tanah (TPT) yang kemungkinan akan roboh atau bangunan yang tidak layak. Itu harus dilaporkan sehingga bisa kita antisipasi bersama-sama,” imbuhnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, pihak sekolah pun seyogyanya harus mengupayakan langkah preventif dalam menghadapi adanya potensi bencana di lingkungan sekolahnya.
“Untuk langkah preventif, kepala sekolah bisa melakukan sosialisasi tentang mitigasi kebencanaan bekerjasama dengan BPBD dengan menggalakkan program Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAD),” katanya.
“Langkah mitigasi bencana itu harus dilakukan untuk mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan ketika terjadi bencana alam dan ketika terjadi warga sekolah sudah siap,” jelasnya.
Ia menyebut, pihak sekolah pun harus proaktif menjalin komunikasi dengan masyarakat sekitar dalam upaya meminimalisir potensi bencana di lingkungan sekolah.
“Karena tidak menutup kemungkinan sekolah tidak menyadari, namun masyarakat sekitar yang justru malah menyadari adanya potensi bencana. Jadi sekolah harus menjalin komunikasi dan koordinasi juga dengan masyarakat,” katanya.
Ia menegaskan, untuk langkah pasca bencana pihaknya meminta sekolah agar semaksimal mungkin menjaga agar KBM tidak terganggu dan kalau terjadi bencana langkah penyelamatan siswa paling utama.
“Dari sisi sarana dan prasarana ketika terjadi kerusakan kita pun akan prioritaskan dibangun tahun itu juga kalau memungkinkan. Sejauh ini kebanyakan dampak bencana alam yang rusak itu pagar dan TPT,” pungkasnya. (kro)