POJOKBANDUNG.com, LEMBANG – Puluhan tenaga kesehatan hewan di Provinsi Jawa Barat melaksanakan praktik lapangan pada kegiatan pelatihan “Tenaga Kesehatan Hewan Garis Depan” di kawasan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.
Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh program Studi Kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Asosiasi Fakultas Kedokteran Hewan Indonesia (AFKHI) dan Indonesia Australia Red Meat Cattle Partnership (IARMCP).
Ketua program studi Kedokteran Hewan, fakultas kedokteran Unpad, Dr. drh. Endang Yuni Setyowati, M. Sc. Ag. mengatakan, sebelumnya para peserta sudah mengikuti pelatihan secara teori dalam dua hari terakhir ini.
“Nantinya para tenaga kesehatan hewan ini dapat menginvestigasi lebih awal bila di suatu saat nanti ada kejadian penyakit (hewan) yang diduga menular,” katanya.
Ia menambahkan, ketika hewan ternak terpapar virus maupun penyakit diketahui lebih awal, maka tindakan pengobatannya lebih cepat dan pencegahan penularan ke hewan lainnya bisa dicegah.
“Karena ini kita fokusnya di sapi, bagaimana mulanya diketahui sapi ini sakit. Apakah sapi yang sakit ini hanya di kandang sendiri atau dari kandang tetangga. Apakah ada sapi yang dibeli dari tempat lain dan sebagainya,” katanya.
“Sehingga dapat ditelusuri penyakit ini awalnya dimana atau dari kandang sendiri atau dari tempat lain. Mereka bertanya kepada pemilik ternak dulu tiap kandang. Sehingga diketahui penyakit ini tuh apakah bersifat menular atau tidak hanya di kandang ini saja atau dia nanti akan berkeliling ke kandang sekitarnya,” katanya.
Ia menegaskan, kegiatan tersebut juga sebagai upaya preventif untuk menjaga tidak terjadinya wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) sepertinya yang terjadi beberapa waktu lalu.
“Waktu dekat ini akan ada keadaan lalulintas hewan seperti idul fitri dan idul adha. Lalulintas dari provinsi lain yaitu Jawa timur akan padat ke Jawa Barat karena memang konsumsi di Jawa Barat cukup tinggi,” katanya.
“Jadi dokter hewan garis depan ini Alhamdulillah mereka bisa mengetahui sejak awal adanya kelainan-kelainan klinis pada sapinya. Itu bisa distop di titik itu saja tidak menyebar kemana-mana,” katanya.
Ia menegaskan, jika dalam investigasi ini ditemukan ada kemungkinan penyakit menular pada hewan ternak maka treatment dan pengobatannya dimaksimalkan termasuk upaya pencegahannya.
“Kegiatan ini dimulai dari jam 8 pagi sampai jam 9 malam bahkan hari pertama sampai jam 10 malam. Itu mereka tetap semangat jadi kami sebagai penyelenggara senang gitu melihat antusiasmenya,” katanya.
Sementara itu salah seorang peserta dari Cirebon, Drh Meita mengatakan, pihaknya sangat menyambut baik dengan kegiatan tersebut karena wabah PMK dan LSD sempat tinggi beberapa waktu lalu.
“Kita lebih mengetahui cara menginvestigasi kasus ini, mungkin tinggal melengkapi apa yang kita tidak ketahui. Mungkin nanti bisa divariasi lagi materinya,” katanya.
Sementara itu, salah seorang peternak sapi di Lembang, Wahyu Rajatna (60) mengatakan, dirinya mengaku senang dengan adanya kegiatan itu. Apalagi dirinya menjadi salah satu peternak yang terdampak wabah PMK.
“Kalau di sini saya adalah salah seorang peternak yang sapinya banyak yang mati karena PMK. Oleh karena itu, dengan kegiatan ini juga saya sudah teredukasi,” katanya. (kro)