Mengenal Sejarah Stasiun Cimahi Bekas Pemerintah Kolonial Belanda

 

 

POJOKBANDUNG.com, CIMAHI – Wilayah Priangan merupakan tumpuan pemerintahan Kolonial Belanda pada zaman dahulu. Jalur “kalung besi” pun dibuat untuk mempermudah pengiriman hasil bumi dari Priangan ke Batavia kala itu.

Sejarawan Kota Cimahi, Machmud Mubarok mengatakan, salah satu saksi sejarah dibangunnya jalur kereta api era Belanda adalah Stasiun Tjimahi yang hingga kini masih aktif. Stasion Tjimahi merupakan bagian dari pembangunan jalur Buitenzorg (Bogor)-Bandoeng-Cicalengka.

“Jalur Bogor-Bandung-Cicalengka mulai digarap sekitar tahun 1879 oleh perusahaan kereta api Negara Staatsspoorwegen (SS) sepanjang 181 kilometer. Stasiun Tjimahi kemudian mulai beroperasi pada 1884, awalnya Stasiun Cimahi adalah sebuah Halte, stasiun kecil,” ujar Machmud Mubarok, Minggu (16/4).

Lebih lanjut dia mengatakan, Tujuan pembangunan jaringan kereta api di Priangan adalah untuk kepentingan ekonomi menghubungkan wilayah subur Priangan dengan pelabuhan di Batavia (Jakarta).

“Ketika itu hasil bumi seperti karet, kopi hingga kina dihisap sebanyak-banyaknya untuk dikirim ke Batavia,” tuturnya.

Keberadaan jalur kereta api itu sangat penting, sebab ketika itu untuk mengirim hasil bumi dari Priangan cukup memakan waktu jika menggunakan Jalan Raya Pos, sehingga tak jarang barang-barangnya membusuk.

Dengan terhubungnya jalur kereta api dari Bandung, Cimahi, Cianjur, Sukabumi, Bogor hingga Jakarta, maka hasil bumi bisa diangkut hanya dalam waktu 6-8 jam saja sehingga lebih efisien dan efektif.

“Lewat Jalan Raya terlalu lama sehingga banyak barang busuk. Dengan kereta api dipermudah, semakin cepat sampai pelabuhan di Batavia,” kata Machmud.

Bersumber pada heritage.kai.id, ada empat kereta api yang berhenti di Halte Cimahi, yakni jurusan Bogor – Cicalengka (pp) dan kereta api dari Cianjur menuju Cicalengka (pp).

Pada saat itu kecepatan rata-rata kereta berkisar 25-30 km/jam. Perjalanan dari Bogor ke Cicalengka dapat ditempuh kurang lebih selama 7,5 jam sedangkan Cianjur-Cicalengka sekitar 3,5 jam.

Seiring perkembangan waktu, Stasion Cimahi kemudian diperbesar untuk untuk keperluan militer guna melegitimasi kekuasaan Belanda di Hindia Belanda (Indonesia). Apalagi ketika itu mulai dibangun Garnisun di Kota Cimahi.

Keberadaan Stasion Tjmahi dianggap ini sangat strategis untuk memudahkan para tentara KNIL. Apalagi stasion tersebut dekat dengan rumah sakit militer (Rumah Sakit Dustira) dan markas-markas tentara KNIL.

“Tentara KNIL yang sakit atau luka-luka di pertempuran, bisa langsung diturunkan di stasiun dan dibawa ke rumah sakit,” ucap Machmud.

loading...

Feeds

POJOKBANDUNG.com – Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat atau IOH) mengumumkan kerja samanya dengan Universitas Pasundan (Unpas) melalui penandatangan Nota Kesepahaman (Memorandum …