Serba-serbi Alam Pikiran dalam Pameran Seni Rupa Faculty Of The Mind

BANDUNG – Serba-serbi karya seni dihadirkan oleh sekelompok mahasiswa/i Pascasarjana Seni Rupa ITB yang menamakan diri mereka sebagai Syarekat Budak Kesenian (SBK) yang terdiri dari 12 perupa.

SBK menyuguhkan beragam corak pemikiran yang dituangkan dalam karya seni rupa untuk diselami para pengunjung dalam pameran bertajuk “Faculty of the Mind” yang digelar di Eks Gedung Bioskop Dian, Kota Bandung.

Memasuki ruang pamer, pengunjung langsung disambut oleh karya tiga dimensional, berupa pintu terbuka berwarna hitam yang terbuat dari plat besi. Serta tulisan kata maaf tertera pada badan pintu. Karya bertajuk “25cm Pintu Terbuka /maaf/” ini, merupakan gubahan Suvi Wahyudianto.

Suvi menghadirkan pintu tersebut sebagai simbol sebuah ambang batas dari adanya kecemasan identitas dan struktur lingkup peristiwanya. Sementara kata maaf, adalah cara melihat kebijaksanaan hidup dan harapan, serta doa yang baik.

“Teks maaf ditulis melalui pas besi, untuk memunculkan ketegasan puitika dengan cara kerja mesin las yang menggunakan api, membakar plat besi dan menghasilkan satu tekstur seperti bekas luka keloid (bekas luka yang telah sembuh). Seperti luka-luka atas sejarah di masa silam,” jelas Suvi dalam pengantar karyanya, dikutip pada Minggu (18/12).

Karya lainnya, berjudul “Prism of Memory” milik Rifa Annisa. Dalam karya ini, Rifa mencoba merekonstruksi dan memproyeksikan kenangan yang tidak menyenangkan ke dalam medium Vinyl FiFil Dibentangkan diantara dua tiang yang dibentuk sedemikian rupa untuk menghasilkan distorsi.

Rifa mengajak para pengunjung untuk melihat refleksi diri mereka yang terdistorsi akibat efek yang dihasilkan. “Agar saya dan orang-orang bisa lebih melihat diri dalam panel ini, bahwa manusia tidaklah sesempurna itu,” jelasnya saat ditemui.

Sementara itu, eksplorasi memori kebendaan hadir pada karya Afida Rahmati yang berjudul “Uncertain Tjings: Act 2; Trace”. Serta pada karya gubahan Iftikhar A. Rajwie, berjudul ” Terbentuk, Bertahan, dan Hancur.”

Afida memanfaatkan memori benda yang akrab ia temui dalam keseharian seperti, plastik kresek, hingga kaleng bekas kemasan yang telah beralih fungsi menjadi wadah minyak jelantah. Melalui karya tersebut, ia mencoba untuk mengganggu ingatan para pengunjung terhadap pergeseran fungsi suatu benda.

Sementara Iftikhar, menyuguhkan instalasi epik dari keramik-keramik berbahan teracotta yang disusun dengan struktur acak. Sehingga menghasilkan citra yang ringkih. Selain itu, ia juga membubuhkan potret kegiatan di sentra-sentra keramik yang ia kunjungi pada karya kermaiknya melalui teknik image transfer.

“Jadi dari keringkihan yang ada dalam karya ini juga sebagai metafor keringkihan aktifitas sentra keramik. Seperti yang sering dijumpai, banyak sentra produksi keramik yang tidak lagi memiliki generasi penerus,” ucapnya.

Selain empat karya dari empat perupa tersebut, terdapat pula delapan karya lainnya yang siap untuk berdialog dengan para pengunjung pameran. Facultu of the Mind dikuratori oleh Bayu Genia Krishbie, Angga Wijaya, Dan Hari Prasetyo yang juga merupakan mahasiswa Pascasarjana Seni Rupa ITB.

“Memulai dari mempelajari dan menteorikan pikiran manusia yang kompleks, pameran kelompok ini kemudian menemukan landasan atau pijakan bersamanya sebagai titik tolak,” tulis dewan kurator dalam pengantarnya.

Pada karya-karya yang dihadirkan, ditujukan sebagai perluasan apresiasi melampaui ruang akademik. Para pengunjung pun diharapakan dapat menyelami “fakultas pemikiran” para peserta pameran serta mengalami sensasi menjelajah alam pikiran mereka. Pameran ini, masih akan berlangsung hingga 2 Januari 2023 mendatang.

(sir)

loading...

Feeds