POJOKBANDUNG.com, BANDUNG – Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung menunjuk 17 duta Kampung Toleransi di lima kecamatan Kota Bandung, Senin (19/12). Penunjukan tersebut dilakukan dalam momentum peringatan Hari Bela Negara.
Wali Kota Bandung, Yana Mulyana mengatakan, disematkannya lima kecamatan kampung toleransi itu, sekaligus bukti bahwa pemerintah selalu hadir dan berupaya mewujudkan ketentraman serta keamanan dalam keragaman.
“Ada lima kampung toleransi di Kota Bandung. Ini menunjukkan kalau Kota Bandung merupakan kota yang menjunjung tinggi toleransi antarumat beragama dan berbagai suku. Sehingga, para penganutnya bisa menjalankan ibadah dengan aman dan nyaman,” katanya.
Melalui kegiatan itu pula, ia berharap kepada para gemerasi muda agar mampu ikut berjuang demi bangsa dan negara layaknya pahlawan terdahulu. Perbedaannya, kata Yana, apabila pejuang terdahulu mengorbankan jiwa dan raga. Pemuda hari ini, berjuang dengan menghadirkan berbagai inovasi untuk negeri.
Sementara itu, salah seorang ketua kampung toleransi dari Babakan Ciparay RW 12, Endan Suhendar menuturkan, wilayahnya telah resmi menjadi kampung toleransi sejak 2013 silam. Di wilayahnya, sedikitnya terdapat 1.000 orang yang terdiri dari beragaman agama dan suku.
“Kita menjadi Kampung Toleransi itu dari zamannya Pak Ridwan Kamil tahun 2013, lalu diresmikan oleh Mang Oded tahun 2018. Di sini umat Islam berjumlah 263 orang, Kristen ada 209 orang, Katolik itu ada 362 orang, Hindu 3 orang, dan Buddha itu ada 74 orang,” tuturnya.
Untuk terus menjalin kerukunan, para warga di sana kerap melakukan kegiatan bersama. Misalnya saat gempa Cianjur, para warga bersama-sama mengumpulkan donasi. “Kemarin itu kita bisa kumpulan kurang lebih sekitar Rp32 juta,” ujar Endan.
“Saat kurban pun dari nonmuslim itu memberikan empat ekor sapi untuk dibagikan. Bahkan, para pastur dan pendeta ikut memotong daging bersama kami,” imbuhnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Camat Lengkong, Aniya Rachmati Soerya Poetri. Menurutnya, masyarakat sudah mendirikan rumah-rumah ibadah sejak puluhan tahun silam.
“Pada awalnya masyarakat sudah membangun gereja pada tahun 1933, lalu vihara tahun 1946, dan masjid di tahun 2014. Lokasinya pun berdekatan, sehingga kita memang sudah terbiasa berbaur dan saling dukung satu sama lain dalam kegiatan ibadah masing-masing,” tuturnya.
Ketua Kampung Toleransi Lengkong, Rini Ambarwulan menambahkan, saat ini Kampung Toleransi Lengkong telah diresmikan sebagai Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis). “Diharapkan kampung toleransi ini bisa dikunjungi oleh wisatawan dalam dan luar negeri. Kemarin itu baru diresmikannya,” paparnya.
Untuk merekatkan hubungan warga di sana, setiap empat bulan sekali diadakan beberapa agenda bersama seperti donor darah.
(sir)