Rasyid berpesan, tantangan wirausaha untuk anak muda pasti ada. Seperti lemah dalam membuat bisnis model, karena kurangnya jam terbang dan keterbatasan pengalaman.
Belum adanya network, padahal semua pakar sepakat, salah satu kunci sukses bisnis, terletak pada sejauh mana jaringan yang ada dan masih langka-nya sumber pendanaan. Termasuk Venture capital dan seed capital.
“Bahkan dunia perbankan juga tidak milenial friendly, karena pengajuan dana selalu dengan syarat jaminan dan pengalaman. Padahal kita semua baru memulai usaha, belum memiliki kedua factor tersebut,” teragnya.
Kata Rasyid, selain itu akan ada bonus demografi yang akan berlangsung sampai 2030. Di satu sisi menguntungkan, karena usia produktif. Namun di sisi lain bisa menjadi beban, bila tidak diisi dengan kualitas pendidikan dan skill yang memadai.
“Intinya, di tengah kesulitan selalu ada jalan, ada opportunity. Itulah hukum alam. Di saat dunia dilanda resesi, IMF justru mengatakan Indonesia memiliki kekuatan untuk tetap eksis. Inilah celah itu, peluang itu yang harus kita
maksimalkan,” imbuhnya.
Rasyid berpesan kepada mahasiswa untuk mempersiapkan bonus demografi dan menyongsong Indonesia Emas pada 2045 dengan cara bermimpi, lalu wujudkan dengan langkah awal memulai usaha. Jangan merasa kecil hati memulai usaha dari kecil, karena itu berpotensi menjadi besar.
“Jangan takut gagal, karena tidak ada orang sukses tanpa mengalami kegagalan. Gagal satu kali bangkit lagi, gagal berkali kali bangkit berkali kali. Tidak ada jalan yang lunak, tapi juga tidak ada jalan terjal yang tidak bisa kita daki,” tandasnya. (*)