POJOKBANDUNG.com, BANDUNG – Pada tahun 2045 Indonesia digadang akan mencapai masa keemasan. Pada saat itu juga usia kemerdekaan negara ini mencapai 100 tahun.
Untuk menyambut masa keemasan itu diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan berkualitas agar dapat memimpin negara dimasa yang akan datang.
Artinya saat menuju Indonesia Emas 2045, peran penting dimasa itu adalah Mahasiswa! Mengapa? Karena mahasiswa lah yang pada 2045 nanti akan mengisi pos-pos di pemerintahan, politik, bisnis dan berbagai sektor lainnya.
Mahasiswa saat ini lah yang akan ikut berperan menjalankan fungsingnya sebagai kaum intelektual untuk Indonesia lebih baik dimasa yang akan datang.
Hal itu diungkapkan Ketua DPD PAN Kota Bandung, M Rasyid Rajasa saat menjadi narasumber Seminar Nasional dengan tema “Revitalisasi Peran Mahasiswa Islam Dalam Kehidupan Bernegara Demi Terwujudnya Indonesia Emas” di UIN SGD Bandung, Senin (5/12/2022).
Menurut Rasyid, ada beberapa modal yang bisa dimanfaatkan untuk mewujudkan Indonesia Emas di 2045, diantaranya dalam rentang 2020-2045 sekitar 70 persen penduduk Indonesia dalam usia produktif (15-64 tahun) ditandai dengan jumlah tanggungan penduduk usia non produktif lebih sedikit dan penduduk yang bisa bekerja sangat banyak.
“Yang perlu dipersiapkan adalah kualitas penduduk. Lapangan kerja, program keluarga berencana dan perempuan masuk pasar kerja sampai melahirkan generasi masa depan emas di 2045 yang dimana sdm-nya produktif dan inovatif dan berperadaban unggul,” kata Rasyid.
Rasyid menyebut, Indonesia Emas 2045 saat ini menjadi program pemerintah dan beberapa kali disampaikan oleh Presiden Jokowi. Salah satunya Momentum Indonesia menjadi tuan rumah dari presidensi G20, sekaligus langkah awal dari proses transformasi digital ekonomi Indonesia.
“Pertumbuhan ekonomi Indonesia 2023 masih lebih baik dibandingkan sejumlah negara ASEAN lainnya. Ekonomi Malaysia diperkirakan tumbuh 4,4%, Thailand 3,7%, Singapura 2,3%, dan Filipina 5%. Hanya Vietnam dan Kamboja yang diperkirakan tumbuh lebih tinggi masing-masing mencapai 6,2%,” terangnya.
Kata Rasyid, dengan semua indikator tersebut maka Indonesia tidak perlu terlalu khawatir dengan ancaman resesi, karena memiliki domestik market yang kuat. Kewaspadaan pada ekspor, dimana harga komoditas yang sempat melambung tahun ini, tampaknya akan menurun, seiring pelambatan permintaan di pasar global.
“Alhamdulillah, pada case Indonesia, Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 (tahun resesi global) berada di kisaran 4,5% – 5,3%, dan akan terus meningkat menjadi 4,7% – 5,5% pada 2024. Bahkan Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) diprakirakan menurun dan kembali ke dalam sasaran 3,0±1% pada 2023 dan 2,5±1% pada 2024, dengan inflasi inti akan kembali lebih awal pada paruh pertama 2023,” paparnya.