Minim Kesadaran 3M, Sebanyak 20 Orang Meninggal karena DBD

ILUSTRASI: Petugas menyemprotkan foging di wilayaj RW 07, Kelurahan Baros, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi. TAOFIK ACHMAD HIDAYAT/RADAR BANDUNG

ILUSTRASI: Petugas menyemprotkan foging di wilayaj RW 07, Kelurahan Baros, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi. TAOFIK ACHMAD HIDAYAT/RADAR BANDUNG

POJOKBANDUNG.com, CIMAHI – Minim Kesadaran masyarakat tentang menjaga kebersihan lingkungan di Kota Cimahi. Menjadikan angka penularan penyakit Demam Berdarah Dangue (DBD) terus meningkat.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Cimahi, hingga Mei 2022. Tercatat sudah ada 380 orang warga Kota Cimahi yang terkena demam berdarah, yang tersebar di kelurahan Kota Cimahi.

Menilik data tersebut, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular pada Dinkes Kota Cimahi, Dwihadi Isnalini mengatakan, peningkatan kasus DBD di Kota Cimahi terjadi akibat minimnya kesadaran masyarakat di Kota Cimahi menjaga lingkungan. Pasalnya ditengah intensitas hujan yang terjadi bisa menyebabkan genangan air, yang berpotensi menjadi sarang nyamuk.

“Kesadaran masyarakat untuk melakukan 3M, mengubur barang bekas, menguras bak air, serta menutup tempat penampungan air, masih sangat minim sehingga ditengah hujan seperti ini potensi penyebaran DBD akan meningkat,” ucapnya,(20/9).

BACA JUGA: Dihantui Bahaya Banjir, Warga Lembang Keluhkan Buruknya Drainase di Kawasan Lembang 

Angka penyebaran DBD di kota Cimahi masih terhitung tinggi. Pasalnya menurut Dwihadi, untuk mengurangi tingkat penyebaran DBD harus diawali dari kesadaran masyarakat menjaga kebersihan lingkungan rumahnya.

“Jadi kalau melihat potensi peningkatan DBD di Kota Cimahi, hujan bukan faktor utamanya. Namun kesadaran masyarakat mengenai membersihkan sampah, yang bisa menyebabkan genangan air yang minim membuat tingkat penyebaran DBD terus meningkat,” ujarnya.

Menurut data BPS dalam tahun 2021 terdapat 20 warga Cimahi meninggal akibat demam berdarah. ditambah data terakhir Dinkes, terdapat peningkatan kasus pada tahun 2022 bulan Juni 68 kasus, Juli tercatat 36 kasus, Agustus 42 kasus.

Dari data tersebut Dwihadi mengatakan, masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit DBD. Pasalnya curah hujan yang tak menentu, ditambah kesadaran masyarakat yang minim tentang kebersihan, menjadi potensi besar perkembangbiakan nyamuk.

“Dikhawatirkan, genangan air sisa hujan yang dibiarkan beberapa hari oleh masyarakat. Bisa membuat berkembang biaknya nyamuk lebih cepat, bila itu terjadi bisa membuat bahaya DBD terus tinggi,” tuturnya.

Ia menambahkan, jentik nyamuk biasanya berkembangbiak dalam genangan air. Sehingga masyarakat penting menjalankan PSN di rumahnya masing-masing.

“Tdak membiarkan adanya genangan air, kasus DBD pun bisa dicegah. Bukan cuma rumah, tapi juga di halaman sekitar rumah. Soalnya saat ini kalau bukan kita sendiri, nggak akan ada yang memeriksa. Jadi periksa jentik di rumah sendiri,” ujarnya.

Sementara untuk fogging, lanjut Dwihadi, akan dilakukan setelah adanya laporan kasus yang ditindaklanjuti dengan asesmen. Fogging sendiri hanya ampuh untuk membunuh nyamuk dewasa.

“Untuk fogging efektif untuk membunuh nyamuk dewasa, tapi jentik dan telur nyamuk harus dengan PSN dan sebagainya,” pungkasnya.

Menilik meningkatnya DBD di Kota Cimahi, Dwihadi berharap masyarakat tidak bergantung pada pengobatan penyakitnya. Namun lebih bisa mencegah bahaya penyakit DBD dengan menjaga lingkungan.

(kus)

loading...

Feeds

POJOKBANDUNG.com – Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat atau IOH) mengumumkan kerja samanya dengan Universitas Pasundan (Unpas) melalui penandatangan Nota Kesepahaman (Memorandum …