Peternak Telur di Kota Cimahi Masih Merugi Akibat Pakan Mahal

AGUNG EKO SUTRISNO/RADAR BANDUNG

SUASANA: Peternak ayam petelur 86 Farm,  di Jl. Kolonel Masturi, Baru Laksana No.86, Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.

AGUNG EKO SUTRISNO/RADAR BANDUNG SUASANA: Peternak ayam petelur 86 Farm,  di Jl. Kolonel Masturi, Baru Laksana No.86, Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.

POJOKBANDUNG.com, CIMAHI – Meski harga telur tinggi dalam sepekan terakhir tidak membuat peternak telur mendapatkan keuntungan. Pasalnya, harga  pakan ternak yang juga tinggi membuat mereka merugi.

Kenaikan harga telur di pasaran,  tidak menguntungkan peternak ayam petelur di Jl. Kolonel Masturi, Baru Laksana No.86, Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, karena harga pakan cukup mahal.

Salah seorang peternak ayam petelur, Haerudin mengatakan, harga telur yang naik dipengaruhi harga pakan ayam yang mahal, sehingga mempengaruhi bengkaknya pengeluaran modal peternak.

“Awalnya harga pakan ayam Rp4 ribu per kilogram atau sekitar Rp310 ribu per karung. Sekarang naik Rp 7.800 per kilogram atau sekarung Rp390 ribu, sehingga kalau dihitung kita banyak ruginya,” ucap Haerudin saat ditemui di Kandang ternaknya di Cimahi, Selasa, (30/8).

BACA JUGA: BPJS Ketenagakerjaan Dukung Pemkot Bandung Tambah Cakupan Kepesertaan Pegawai Non ASN

Melanjutkan, perternakannya saat ini hanya bisa menghasilkan 1,68 kuintal dalam sehari dari total 4.500 kandang yang asalnya 6.000 kandang dengan hasil 3 kuintal dalam sehari, penyebab turunnya produksi adalah pemberian pakan yang tidak maksimal serta beberapa ayam berumur tua.

“Dalam satu hari, Agus membutuhkan 50 kilogram pakan untuk 400 ekor ayam, saat ini kita kurangi. Hasilnya telur yang dihasilkan hanya sekitar 15 kilogram setiap harinya, sehingga kondisi tersebut tidak bisa menutupi pengeluaran untuk membeli pakan,” ujarnya.

Sempat ia memilih untuk tidak menaikan harga jual, tetapi kondisi ini menyebabkan dia terus merugi hingga terpaksa harus menjual sekitar 200 ekor ayamnya agar biaya operasional tidak membengkak.

“Kalau tidak dinaikan kita akan bangkrut, karena posisinya serba salah sebagai peternak. Belum lagi efek naik harga tersebut, membuat banyak pelanggan berhutang yang membuat pemasukan semakin sepi,” tuturnya.

Pasalnya harga pakan ternak masih ada dalam angka yang tinggi, sehingga tidak mungkin mempercepat turunya harga telur.

“Tidak mungkin secepat itu turunya harga telur, kalau menilik harga pakan masih seperti ini masih akan panjang,” ujarnya.

Ia berharap, harga yang pakan  yang tinggi harus segera disikapi pemerintah dengan cepat. Pasalnya ia menduga banyak permainan harga pupuk akan membuat peternak sepertinya bangkrut.

“Kita lihat kedepan semoga bisa turun semua harga termasuk pakan ternak, agar bisa normal kembali,” pungkasnya.

(kus/b)

loading...

Feeds

POJOKBANDUNG.com – Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat atau IOH) mengumumkan kerja samanya dengan Universitas Pasundan (Unpas) melalui penandatangan Nota Kesepahaman (Memorandum …