Akibat Hujan Harga Komoditas Sayuran Meroket

TRANSAKSI : Suasana aktifitas warga di Pasar Melong, Parmindo, Kota Cimahi. Akibat hujan yang kerap melanda wilayah Kota Bandung dan sekitarnya membuat sejumlah bahan komoditas sayuran menjadi langka dan mahal. (foto: TAOFIK ACHMAD HIDAYAT/RADAR BANDUNG)

TRANSAKSI : Suasana aktifitas warga di Pasar Melong, Parmindo, Kota Cimahi. Akibat hujan yang kerap melanda wilayah Kota Bandung dan sekitarnya membuat sejumlah bahan komoditas sayuran menjadi langka dan mahal. (foto: TAOFIK ACHMAD HIDAYAT/RADAR BANDUNG)

POJOKBANDUNG.com, CIMAHI – Akibat hujan yang kerap melanda wilayah Kota Bandung dan sekitarnya membuat sejumlah bahan komoditas sayuran menjadi langka dan mahal.

Menurut Hani (40) seorang pedagang sayuran di Pasar Cimindi, menjelaskan, kenaikan harga sejumlah komoditi sayuran ini dipicu oleh musim hujan yang sedang berlangsung saat ini.

“Mungkin karena banyak yang gagal panen akibat hujan, jadi pasokan berkurang. Harga pun jadi naik,” katanyakatanya di Cimahi, kemarin.

Berdasarkan pantauan di Pasar Cimindi Jalan Mahar Martanegara, Minggu (14/3/2021), harga sayuran yang mengalami kenaikan diantaranya, buncis dari asalnya Ro 8.000/kg menjadi Rp 12.000/kg, terung dari asalnya Rp 6.000/kg naik menjadi Rp 12.000/kg, pare dari Rp 8.000/kg naik menjadi Rp 14.000/kg.

“Sudah hampir satu mingguan harganya naik. Yang paling tinggi kenaikannya yakni terung, 100 persen kenaikannya, dari asalnya Rp 6.000/kg menjadi Rp 12.000/kg,” sebutnya.

Menurut Hani, kenaikan harga sejumlah komoditi sayuran ini dipicu oleh musim hujan yang sedang berlangsung saat ini. “Mungkin karena banyak yang gagal panen akibat hujan, jadi pasokan berkurang. Harga pun jadi naik,” katanya.

Dampak dari kenaikan harga ini, tambah Hani, ia tidak banyak menyetok sayuran yang akan dijualnya. “Saya stok seperlunya saja, takut ngga laku. Apalagi sekarang kan daya beli masyarakat lagi kurang, akibat pandemi Covid-19,” terangnya.

Sementara untuk jenis sayuran lainnya, menurut Hani, harganya relatif stabil. Seperti bawang merah masih bertahan di harga Rp 35 ribu/kg, bawang putih dan bawang bombay juga sama masih stabil di harga Rp 24 ribu/kg.

Sebelumnya, Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Cimindi, Asep Rohendi mengatakan, harga cabai rawit merah bisa ditekan jika ada campur tangan pemerintah, salah satunya dengan membuka kran impor. “Bisa dari Vietnam atau Thailand. Kalau operasi pasar, saya kira ngga perlu, karena ini penyebab utamanya karena pasokan yang berkurang drastis, terutama dari pemasok utamanya,” jelas Asep.

Menurutnya, tingginya harga cabai rawit merah membuat konsumen mengurangi konsumsi salah satu bumbu dapur. “Wortel juga bertahan di harga Rp 16 ribu/kg, kentang dieng stabil Rp 13 ribu/kg.

Tomat juga sama stabil Rp 8 ribu/kg. Untuk timun mengalami penurunan dari asalnya Rp 16 ribu/kg, jadi Rp 10 ribu/kg,” terangnya.

Disinggung soal harga cabai rawit merah, Hani mengatakan jika harga bumbu dapur yang memikili rasa pedas ini masih tinggi.

“Harganya masih tetap Rp 120.000/kg, belum ada penurunan. Ngga tau nantinya turun atau naik lagi. Apalagi mau menghadapi puasa,” pungkasnya.

(bie/b)

loading...

Feeds

POJOKBANDUNG.com – Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat atau IOH) mengumumkan kerja samanya dengan Universitas Pasundan (Unpas) melalui penandatangan Nota Kesepahaman (Memorandum …