POJOKBANDUNG.com, BANDUNG – Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung resmi menghadirkan kawasan pertanian terpadu “Sekemala Integrated Farming” di Jalan Sekemala, Kecamatan Ujung Berung, Kota Bandung. Di kawasan tersebut terdapat beberapa kegiatan pertanian, budi daya ikan, peternakan serta pertanian hidroponik.
Wali Kota Bandung, Oded. M Danial didampingi Wakil Wali Kota Bandung ,Yana Mulyana serta Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kota Bandung, Gin Gin Ginanjar meresmikan langsung kawasan tersebut, Selasa 29 September 2020.
Oded berharap keberadaan kawasan pertanian terpadu dapat menjadi sarana edukasi kepada masyarakat untuk menciptakan kawasan pertanian di wilayah mereka masing-masing. Termasuk dapat mendorong ketahanan pangan.
“Tentu di sini menghadirkan Integrated farming. Mulai dari ikan, kemudian juga dengan hidroponik ada disini, juga beternak ayam dan kambing,” tuturnya.
Oded mengatakan, Ini menjadi bagian upaya mengedukasi masyarakat untuk bersama sama menghadirkan kemandirian pangan. Belajar di sini,” imbuhnya.
Oded mengatakan, kawasan pertanian terpadu juga dapat menjadi kawasan wisata bagi masyarakat. Sebab kawasan tersebut memiliki panorama yang bagus. Oleh karena itu, Pemkot Bandung akan mendorongnya menjadi destinasi wisata.
“View-nya bagus nanti menjadi tempat wisata juga,” katanya.
Selain Sekemala Integrated Farming, Bandung juga punya Jasmine Integrated Farming. Jasmine Integrated Farming merupakan kawasan pertanian integrasi yang berada di RW 19 Kelurahan Antapani Tengah. Di tempat ini terdapat pengolahan sampah organik, Buruan SAE (Sehat, Alami, dan Ekonomis), budidaya ikan, budidaya ayam petelur, dan lainnya. Ada pula warga kelompok berkebun.
Dikatakan terintegrasi karena seluruh kegiatan di Jasmine Integrated Farming saling berhubungan satu sama lain. Dari awal pengolahan sampah hingga menghasilkan, baik itu tanaman atau produk hewani, terintegrasi.
Hal ini yang membuat sampah dari masyarakat dapat dikelola dengan maksimal dan dirasakan manfaatnya. Ketua RW 19, Dodi Iriana menjelaskan, Jasmine Integrated Farming didirikan atas gagasan warga untuk memanfaatkan lahan.
“Lahan di RW 19 ini tiga tahun yang lalu merupakan hutan kota. Lama tidak terurus sehingga banyak binatang liar seperti ular besar. Kemudian warga sepakat bergotong royong untuk kepetingan warganya sendiri,” ungkap Dodi.
Sementara itu, Kepala Dinas Pangan dan Pertanian (Dispangtan), Gin Gin Ginanjar mengatakan, kawasan pertanian terpadu menjadi salah satu tempat yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk belajar bertani, urban farming, dan budidaya ikan. Masyarakat yang berkunjung akan memperoleh penjelasan terkait kawasan tersebut.
“Sebetulnya ini media pembelajaran. Bagi yang mau belajar bertani, bercocok tanam bisa di sini. Nanti dilakukan pendampingan. Kalau ada benih yang bisa dikembangkan selama komunitas, bisa (dikasih),” ujar Gin Gin.
Menurutnya, konsep kawasan pertanian terpadu mengacu kepada program Buruan Sae (sehat, alami, ekonomis) yaitu kegiatan urban farming. Namun, pada kawasan tersebut selain urban farming juga ada budidaya ikan melalui bioflok dan pertanian di sawah.
Budidaya pertanian selama ini mengandalkan padi. Namun, Sekemala Integrated Farmong mengombinasikan berbagai tanaman pangan, ternak, ikan, dan hidroponik.
“Prinsipnya optimalisasi pemanfaatan lahan pangan. Sekarang efisien (air) karena airnya dari kolam ikan atau hidroponik,” kata Gin Gin.
Gin Gin mengungkapkan, untuk budidaya lele dengan menggunakam sistem bioflok. Masing-masing bioflok memiliki diameter 2,5 meter dan ketinggian 1,2 meter. Kedalaman air disesuaikan dengan ukuran lele yang dibudidaya.
“Kita tanami 1.000 sampai 1.500 lele, dengan ukuran 7 – 9 cm. Nanti jika sudah besar dipilah tergantung kapasitas,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, sistem pengairan di kawasan pertanian terpadu berasal dari sumber air utama yang mengalir ke kolam bioflock. Selanjutnya, air yang sudah ditampung beberapa hari itu dialirkan ke sawah untuk padi.