Kemudahan Konsumen Jadi Kunci Go-Food Unggul dalam Industri Jasa Pesan-antar Makanan

Ilustrasi - Dok Jawapos

Ilustrasi - Dok Jawapos

POJOKBANDUNG.com, BANDUNG – Industri jasa pesan-antar makanan daring menjadi salah satu bisnis yang menguntungkan di masa pandemi Covid-19. Namun, Go-food yang merupakan bagian ekosistem Gojek memiliki pelanggan terbanyak dibanding perusahaan yang menawarkan jasa sejenis.

Dalam riset tematik yang dilakukan CLSA dilakukan terhadap 450 responden, mayoritas berasal dari Jakarta dan Bodetabek. Hasilnya, diumumkan pada 24 Februari 2021. Go-food dipilih oleh 35 persen responden. Sedangkan Grab-food 20 persen.

Analis CLSA, Jonathan Mardjuki mengatakan pandemi telah mengubah dinamika bisnis di seluruh industri dan pengiriman makanan online mendapat manfaat dari perubahan tersebut.

“Survei kami menunjukkan bahwa 70% dari 450 responden lebih sering memesan makanan secara online daripada sebelumnya,” ungkapnya dalam laporan riset tersebut.

”Hanya ada dua pemain besar dalam bisnis pesan-antar makanan online di Indonesia: Go-Food yang dimiliki oleh start-up Gojek asal Indonesia dan Grab-Food yang dimiliki oleh perusahaan rintisan asal Singapura yaitu Grab,” terangnya.

Survei dibagi ke berbagai segmen. Berdasarkan pendapatan bulanan, proporsinya (19-23%) relatif sama untuk golongan Rp4-6 juta, Rp7-10 juta, Rp11-20 juta dan di atas Rp20 juta, sedangkan 10% responden berpenghasilan di bawah Rp3 juta atau tidak memiliki penghasilan bulanan sama sekali seperti pelajar atau mahasiswa.

Hasil survei didasarkan pada tingkat pendapatan, preferensi merek mereka, seberapa teratur mereka memesan makanan secara online, dan beberapa faktor lainnya.

Hasilnya, lebih banyak orang memilih Go-Food yaitu sebesar 35% vs 20% untuk Grab. Sedangkan sebesar 43% responden menggunakan kedua aplikasi. ”Go-Food, menurut kami, memiliki pelanggan yang lebih setia, dimana tiga keuntungan teratas dari penggunaan aplikasi adalah ‘familiar dengan aplikasi’, ‘ketergantungan pada Go-Pay e-wallet’ dan ‘ramah pengguna,” ungkapnya.

Sementara Grab-Food pada kondisi sebaliknya. Sebab, menurut hasil riset, sebesar 60% responden percaya diskon besar adalah keuntungan utama. ”Kami menemukan pelanggan Gojek lebih loyal, sedangkan Grab mengandalkan komersialitas. Kami juga menilai Grab lebih agresif dalam mengamankan penyewa (pelanggan). Secara keseluruhan, menurut kami persaingan yang sehat antara kedua raksasa ini akan berdampak positif bagi pasar Indonesia.”

Dengan kekuatan brand yang dimiliki sebagai karya Indonesia, CLSA memperkirakan pangsa pasar Gojek akan terus naik mencapai 58%, sementara Grab hanya 42%. Angka pengguna aktif bulanan Gojek di perangkat android juga lebih tinggi dibandingkan Grab.

Berdasarkan survei, CLSA juga berpendapat bahwa pelanggan kini telah mengalihkan fokus pada aspek-aspek seperti kenyamanan aplikasi ketimbang pengiriman yang lebih cepat atau tingkat pembatalan yang lebih rendah oleh pengemudi, seperti di masa-masa awal.

(dbs)

loading...

Feeds

POJOKBANDUNG.com – Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat atau IOH) mengumumkan kerja samanya dengan Universitas Pasundan (Unpas) melalui penandatangan Nota Kesepahaman (Memorandum …