POJOKBANDUNG.com – Upaya pencarian terhadap Cockpit Voice Recorder (CVR) pesawat Sriwijaya Air SJ-182 masih terus dilakukan. TNI AL berkomitmen membantu Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk melakukan proses pencarian di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta.
Kepala Dinas Penyelaman dan Penyelamatan Bawah Air (Kadislambair) Koarmada I, Kolonel Laut (T) Wahyudin Arif mengatakan, pihaknya kembali mengirimkan sejumlah penyelam untuk mencari CVR. Sebab, komponen tersebut dianggap penting untuk mengungkap jatuhnya pesawat tersebut.
“Dislambair sudah menyiapkan 34 Orang personel yang akan melakukan upaya melanjutkan pencarian CVR dalam mendukung operasi pencarian yang digelar oleh KNKT” kata Wahyudin dalam keterangan tertulis, Senin (15/2).
Wahyudin menuturkan, TNI AL bersama KNKT sudah melakukan perencanaan, termasuk teknis penyelaman yang akan dilaksanakan untuk mencari CVR. Diharapkan pencarian dapat dilakukan seefektif mungkin dengan mempertimbangkan cuaca dan keselamatan para personel di lapangan.
Sementara itu, Panglima Komando Armada I (Pangkoarmada I) Laksda TNI Abdul Rasyid selaku penanggungjawab Tim SAR Gabungan TNI AL memastikan pihaknya akan mendukung penuh operasi pencarian CVR. Dia berharap, pencarian CVR oleh tim TNI AL bisa segera membuahkan hasil. Seperti saat menemukan FDR Sriwijaya Air SJ-182.
“Tim Penyelam dari Dislambair Koarmada I saat ini sudah mendirikan Posko di Pos TNI AL Tanjung Kait, Teluk Naga Tangerang. Selain Personel Penyelam, TNI AL sudah menyiapkan perangkat pendukung keselamatan berupa mobil ambulance dan Mobile Diving Chamber (MDC) yang standby disana,” ucap Abdul.
Mobile Diving Chamber (MDC) merupakan sarana penanganan cepat kepada para penyelam yang mengalami masalah dekompresi pada golden momentum. Sarana MDC semacam kapsul ini berada di dalam truk, sehingga bisa disiapsiagakan dengan mudah. Penggunannya akan diawasi oleh dokter spesialis hiperbarik.
Diketahui, Pesawat Sriwijaya Air nomor register PK-CLC SJ-182 rute Jakarta-Pontianak hilang kontak pada Sabtu (9/1) pukul 14.40 WIB dan jatuh di perairan Kepulauan Seribu di antara Pulau Lancang dan Pulau Laki.
Pesawat jenis Boeing 737-500 itu hilang kontak pada posisi 11 nautical mile di utara Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang setelah melewati ketinggian 11.000 kaki dan pada saat menambah ketinggian di 13.000 kaki.
Pesawat take off dari Bandara Soekarno Hatta pukul 14.36 WIB. Jadwal tersebut mundur dari jadwal penerbangan sebelumnya 13.35 WIB. Penundaan keberangkatan karena faktor cuaca.
Berdasarkan data manifest, pesawat yang diproduksi 1994 itu membawa 62 orang terdiri atas 50 penumpang dan 12 orang kru. Dari jumlah tersebut, 40 orang dewasa, tujuh anak-anak, tiga bayi. Sedangkan 12 kru terdiri atas, enam kru aktif dan enam kru ekstra.