Bendungan Hantap Ciherang, Wisata Alternatif Ditengah Pandemi di Kab. Bandung

BERMAIN : Sejumlah warga tengah bermain air di Bendungan Hantap Ciherang, Cangkuang, Minggu (14/2).

BERMAIN : Sejumlah warga tengah bermain air di Bendungan Hantap Ciherang, Cangkuang, Minggu (14/2).

POJOKBANDUNG.com, CANGKUANG – Bendungan Hantap Ciherang yang terletak di Desa Nagrak Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung menjadi salah satu lokasi wisata alternatif warga ditengah Pandemi Covid 19.

Penjaga operasional Bendung dari Dinas SDA / sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat, Adang mengatakan bahwa bendungan itu didirikan sejak tahun 1919 atau lebih tepatnya saat jaman Pemerintahan Kolonial Belanda. Adapun untuk sumber airnya, lanjut Adang, yaitu berasal dari Gunung Wayang Windu yang mengalir ke wilayah Situ Cileunca kemudian PLTA Lamajang hingga ke bendungan ini.

“Setiap hari ada pengunjung, cuman untuk Sabtu Minggu paling banyak. Pemandangan di sini masih asri, banyak pengunjung dari luar Kabupaten Bandung hingga luar kota,” ujar Adang saat wawancara di Bendungan Hantap Ciherang, Cangkuang, Minggu (14/2).

Selain spot pemandangan yang cocok untuk berfoto, juga ada wahana arum jeram yang dikelola oleh warga sekitar. Kedepannya, ungkap Adang, memang akan ada pengembangan pariwisata yang dilakukan oleh Bumdes setempat dan juga ada program penghijauan. Untuk menikmati Bendungan Hantap Ciherang, warga tidak dipungut biaya apapun alias gratis.

“Debit air disini engga dihitung, hanya dihitung limpasan saja. Misalnya 32 maka ada 86 ribu liter per detik yang masuk, kedalamannya juga engga rata. Terdapat lima irigasi yang bisa digunakan untuk mengairi sawah warga,” tutur Adang.

Adang menuturkan bahwa petani sekitar memanfaatkan air di bendungan ini untuk mengelola lahan pertaniannya. Dulu, Bendungan Hantap Ciherang mampu mengairi luas sawah sekitar 2.711,35 hektar. Namun, karena saat ini banyak alih fungsi lahan persawahan untuk dijadikan lahan pemukiman, membuat luas area daerah irigasi Bendung Hantap Ciherang ini menjadi 2.160 hektar.

“Kemungkinan pasti akan turun lagi, karena sesuai dengan deret ukur laju pertambahan penduduk,” jelas Adang.

Dirinya berharap wilayah hijau yang ada di sekitar bendungan bisa terus dijaga dan dipertahankan. Artinya, jangan sampai diubah menjadi wilayah pemukiman.

“Saya kasihan untuk anak-anak kita kedepannya bagaimana. Kecuali tanah yang tandus, kering atau tidak bisa dimanfaatkan,” pungkas Adang.

(fik/pojokbandung)

loading...

Feeds

POJOKBANDUNG.com – Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat atau IOH) mengumumkan kerja samanya dengan Universitas Pasundan (Unpas) melalui penandatangan Nota Kesepahaman (Memorandum …