Wonder Woman 1984, Aksi Sarat Emosi

BERLATAR sekitar 66 tahun dari film pertama, WW84 mengangkat kisah Diana Prince (Gal Gadot) –alter ego Wonder Woman– yang mulai beradaptasi dengan peradaban di luar tempat asalnya, Themyscira. Selain aktif sebagai pahlawan, Prince sehari-harinya bekerja sebagai staf antropologi dan arkeologi Smithsonian Institute.

BERLATAR sekitar 66 tahun dari film pertama, WW84 mengangkat kisah Diana Prince (Gal Gadot) –alter ego Wonder Woman– yang mulai beradaptasi dengan peradaban di luar tempat asalnya, Themyscira. Selain aktif sebagai pahlawan, Prince sehari-harinya bekerja sebagai staf antropologi dan arkeologi Smithsonian Institute.

Wonder Woman is back! Tiga setengah tahun setelah film solo pertamanya dirilis, sang pahlawan Amazon kembali dengan cerita dan latar tahun berbeda. Wonder Woman 1984 (WW84) juga menawarkan kisah yang penuh warna. Tak cuma menjual aksi, tapi juga nilai yang menyentuh hati.

BERLATAR sekitar 66 tahun dari film pertama, WW84 mengangkat kisah Diana Prince (Gal Gadot) –alter ego Wonder Woman– yang mulai beradaptasi dengan peradaban di luar tempat asalnya, Themyscira. Selain aktif sebagai pahlawan, Prince sehari-harinya bekerja sebagai staf antropologi dan arkeologi Smithsonian Institute.

Ancaman dimulai ketika Prince dan rekannya, Barbara Ann Minerva (Kristen Wiig), menemukan sebuah batu misterius yang bisa mengabulkan permintaan. Permintaan Prince dan Minerva juga dikabulkan batu tersebut… dengan harga yang mahal. Situasi semakin genting ketika pebisnis Maxwell Lord (Pedro Pascal) merebut batu tersebut untuk memenuhi ambisinya menguasai dunia.

Sutradara Patty Jenkins kembali menjadi nakhoda film yang diproduksi pada 2018 itu. Meski menjadi sekuel dari pendahulunya, WW84 benar-benar membawa warna baru. Satu-satunya penghubung antara WW84 dan Wonder Woman yang dirilis pada 2017 adalah kemunculan kembali sosok Steve Trevor (Chris Pine), kekasih Diana yang (diduga) tewas setelah kecelakaan pesawat di film pertama.

WW84 menerima review yang cenderung positif. Salah satu penyebabnya adalah karakter Prince alias Wonder Woman yang kini tampak lebih bijak dan dewasa setelah bertahun-tahun tinggal di peradaban modern. ”Dia lebih bijaksana, lebih dewasa. Dia masih tetap melakukan hal-hal yang benar, tapi dia berbeda dengan kali pertama kami melihatnya,” ujar Gadot sebagaimana dikutip dari Total Film.

Alih-alih digambarkan sebagai sosok pahlawan sempurna, sosok Wonder Woman di WW84 ditampilkan punya kelemahan. Dia merasakan kesepian, patah hati, dan kehilangan. Emosi-emosi rapuh beberapa kali ditunjukkan Prince. Membuatnya menjadi lebih manusiawi meski punya kekuatan super.

Tak cuma sang protagonis yang bikin kita relate dan paham akan kelemahan mereka. ”Film ini sungguh positif, bahkan para penjahatnya pun membuat kita bersimpati,” ujar kolumnis film BBC Nicholas Barber. Lord maupun Minerva (yang pada akhirnya menyandang alter ego sebagai Cheetah) sama-sama menjadi bad guys karena satu hal: insecurity. Sebuah hal yang menjadi isu penting dan dekat dengan banyak orang akhir-akhir ini.

Meski bergenre superhero, WW84 tak hanya menjual aksi heroik dan petualangan yang menegangkan. Unsur humor tetap ada, terlebih di bagian awal film. Lantas, unsur romansa-melankolis muncul saat pertemuan Prince dan Trevor. Bikin kita ketawa sekaligus terharu. Paket cerita lengkap dan penuh warna dari sebuah film superhero.

Namun, sejumlah kekurangan masih ada. Saat adegan bertarung, misalnya. Saking intensnya, beberapa bagian membuat penonton bingung dengan pergerakan kamera. ”Adegan aksi memuat blocking yang kurang pas,” tulis kolumnis Vulture Angelica Bastien. Pace cerita di paro kedua film juga terkesan dipercepat. Misalnya, proses bagaimana sosok Minerva berubah menjadi Cheetah. Padahal, hal tersebut menarik untuk dipaparkan lebih dalam.

Pada akhirnya, WW84 menawarkan value yang cukup menyentuh hati. Apa pun kondisi kita, sebaik-baiknya diterima dan disyukuri. WW84 menjadi semacam sweet reminder bahwa keserakahan dan ego hanya akan membuat situasi semakin tidak baik. Sebuah hal yang harus kita renungkan, terlebih dalam masa sulit ini. Sejak 16 Desember, WW84 bisa ditonton di beberapa kota di Indonesia yang sudah mengizinkan bioskop beroperasi kembali dengan protokol kesehatan ketat. Yang belum, sabar ya…

TRIVIA

– Lynda Carter, pemeran serial Wonder Woman (1975), muncul sebagai cameo.

– Ini merupakan kali pertama karakter Cheetah dimunculkan dalam live-action.

– Putri Gadot juga menjadi cameo di film ini.

– Sesudah film selesai, jangan buru-buru pulang. Ada mid-credit scene yang cukup menarik.

WONDER WOMAN 1984

Sutradara: Patty Jenkins

Screenwriter: Patty Jenkins, Geoff Johns, David Callaham

Cast: Gal Gadot, Chris Pine, Kristen Wiig, Pedro Pascal, Connie Nielsen, dan Lynda Carter

Genre: Action, adventure, fantasy

Rilis: 16 Desember 2020 (Indonesia)

Rating usia: PG-13

Durasi: 151 menit

(jpc)

loading...

Feeds