POJOKBANDUNG.com, BANDUNG – Kabupaten Bandung selama ini banyak melahirkan atlet potensial, bahkan melahirkan banyak atlet nasional. Namun sayangnya karena minimnya perhatian dari pemerintah setempat membuat banyak atlet asal Kabupaten Bandung ini hengkang dan memperkuat daerah lain.
Hal tersebut terungkap saat para atlet profesional Kabupaten Bandung serta guru honorer bertemu dan membuat kesepakatan dengan bakal calon Bupati Bandung dari Partai Golkar Dadang Supriatna di Perguruan Silat Kujang Panglipur di Perumahan Matahari Regency di Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Minggu (21/6/2020).
Berbagai keluhan dan aspirasi para insan olahraga ditanggapi serius oleh Dadang Supriatna. Dadang menandaskan pembinaan olahraga memang harus dilakukan sejak usia dini. Maka dari itu, fasilitas atau sarana olahraga harus ada dan dekat dengan masyarakat. Serta keberadaanya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Menurutnya ini sangat penting, karena untuk menjadi atlet profesional yang berlaga di berbagai kejuaraan nasional ataupun internasional itu lahir dari pembibitan di tingkat yang paling bawah.
“Makanya ke depan, fasilitas olahraga itu harus dibangun di tingkat kecamatan. Dan bisa dipakai oleh semua masyarakat, terutama insan olahraga. Ini sangat penting mengingat pembibitan atlet profesional itu, yah harus dimulai sejak tingkat desa atau kelurahan,” kata pria yang akrab disapa Kang DS itu.
BACA JUGA: Wuiih! Rajin Tes Covid-19, Warga Tenjolaya Bebas Ekspor Pertanian
Selain itu, lanjut Kang DS, untuk mendorong lahirnya perubahan tatanan olahraga di Kabupaten Bandung. Para insan olahraga ini harus memiliki keberanian untuk melakukan perubahan sistem atau regulasi. Karena selama ini regulasi yang kaku dan tidak sesuai dengan kebutuhan membuat insan olahraga Kabupaten Bandung sulit berkembang.
“Makanya hari ini saya bertemu dengan kawan-kawan untuk mendengar dan menerima masukan. Nantinya akan menjadi bagian dari visi misi saya serta dituangkan dalam RPJMD. Selain itu saya juga minta kawan-kawan ini berembuk, merumuskan draf Raperda tentang olahraga ini. Kalau kawan-kawan yang merumuskan draf Raperda-nya, tentunya sesuai dengan keinginan dan kebutuhan insan olahraga Kabupaten Bandung. Nah, kalau sudah jadi perda kan bupati wajib melaksanakannya,” saran Kang DS.
Dadang juga berjanji untuk memerhatikan kesejahteraan para atlet berptestasi. Karena harus diakui masih banyak atlet Kabupaten Bandung, meski telah mendapatkan medali dari berbagai kejuaraan. Namun mereka masih harus berkutat dengan permasalahan kesejahteraan. Salah satu solusi yang ditawarkan adalah memberikan pekerjaan di berbagai instansi yang ada di Pemkab Bandung atau di berbagai perusahaan yang banyak tersebar di Kabupaten Bandung.
“Begitu juga soal beasiswa untuk atlet, itu harus dilakukan dan saya berjanji untuk melaksanakannya. Jangankan nanti, sekarang pun saya siap memberikan bea siswa, karena memang selama ini juga saya sudah melakukannya. Mahasiswa yang sudah saya beri beasiswa sudah lebih dari 800 orang,” ungkapnya.
Dalam pertemuan tersebut, Kang DS pun menandatangani nota kesepakatan antara dirinya dengan para insan olahraga Kabupaten Bandung. Dimana dalam nota kesepakatan tersebut, jika ia terpilih sebagai Bupati Bandung, siap mendengar dan melaksanakan apa yang menjadi kebutuhan para insan olahraha dan guru honorer.
Pelatih Perguruan Silat Kujang Panglipur, Adi Prayoga mengatakan, selama ini sarana dan prasarana yang ada di lingkungan masyarakat di Kabupaten Bandung terbilang minim. Padahal, pelatihan, pembinaan dan sosialisasi sangat penting untuk melahirkan atlet-atlet unggulan yang nantinya memperkuat daerah.
“Seperti yang dilakukan selama ini oleh perguruan silat, yakni menciptakan anak berprestasi, melestarikan budaya Sunda dan memberikan sumbangsih nama baik bagi daerah. Itu adalah sebagian dari cita-cita para pelatih silat,” kata Adi.
Kondisi ini juga dirasakan oleh para atlet profesional dari semua cabang olahraga yang ada di Kabupaten Bandung. Karena kurangnya pembinaan, jarangnya kejuaraan serta tak adanya perhatian kesejahteraan kepada atlet berprestasi dan menjadi juara. Menyebabkan banyaknya atlet yang pindah ke daerah lain.
“Padahal Kabupaten Bandung itu selama ini terkenal sebagai gudangnya atlet. Namun sayangnya karena enggak ada jaminan sosial dan pekerjaan dari pemerintahnya, jadi banyak yang pindah,” ujarnya.
Salah satu ketidakberpihakan pemerintah daerah ini, lanjut Adi, meskipun Kabupaten Bandung memiliki Stadion sepak bola Si Jalak Harupat yang juga di dalamnya terdapat berbagai sarana olahraga hampir dari semua cabang olahraga. Namun untuk memanfaatkan semua fasilitas stadion tersebut, sekalipun atlet profesional yang selama ini memperkuat kabupaten di berbagai kejuaraan, mereka tetap harus membayar uang sewa sesuai tarif yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah (Perda).
“Jadi, selain di daerah masing-masing sangat minim atau bahkan enggak ada fasilitas. Atlet profesional yang mau latihan atau menggunakan fasilitas stadion itu harus bayar. Seperti untuk sewa lapangan sepak bola itu bayarnya sekitar Rp 3 juta. Kalau fasilitas itu dibangun untuk pembinaan dan pengembangan insan olahraga kenapa harus bayar, toh kami ini kan atlet yang memperkuat daerah,” ujarnya.
Perhatian lainnya yang diharapkan oleh para atlet adalah adanya bantuan beasiswa bagi mereka atlet yang masih sekolah atau kuliah. Karena selama ini meskipun mereka mengharumkan nama Kabupaten Bandung di berbagai kejuaraan nasional hingga internasional, namun tidak otomatis menjadikan mereka bisa mendapatkan beasiswa pendidikan. Padahal, bea siswa itu sangat penting untuk menjamin para atlet ini tidak putus sekolah atau kuliah.
“Selain itu, harusnya di Kabupaten Bandung ada sekolah pembinaan atlet. Serta ada mes terpadu atau Training Center (TC) untuk para atlet. Dengan pelatih atlet yang sudah punya sertifikasi,” kata dia.