POJOKBANDUNG.com – Penularan wabah Covid-19 di Indonesia belum menunjukkan tren menurun. Hal ini yang menjadi pertimbangan pemerintah untuk menunda pelaksanaan pilkada serentak di bulan Desember 2020. Bahkan, sebelum ada putusan penundaan, KPU RI telah lebih dahulu menangguhkan beberapa tahapan pilkada yang rencananya dilaksanakan pada September 2020.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menilai meski pandemi belum berakhir, pemerintah harus tetap melaksanakan Pilkada pada tahun ini atau 2020. Menurutnya, penundaan selama 3 bulan cukup untuk menyiapkan Pilkada di tengah wabah.
Dedi mengatakan, pemerintah sebaiknya memastikan pelaksanaan pilkada tetap digelar pada Desember 2020, karena akan berimbas pada proses regenerasi politik dan pembangunan daerah. KPU seharusnya tidak menjadikan wabah sebagai alasan untuk menunda kembali. “Kecuali mereka memang gagal menyiapkan keperluan pelaksanaan,” terang Dedi pada Kamis (21/5).
Pengajar Komunikasi Politik di Universitas Telkom dan Universitas Muhammadiyah Jakarta itu mengatakan, KPU semestinya memiliki skema alternatif untuk tetap menggelar Pilkada Serentak 2020.
Alternatif itu bisa berupa tata laksana di masa pandemi agar tetap berjalan. Bagaimanapun Pilkada bukan menentukan pemimpin administratif, melainkan pemimpin politik yang punya dampak pada pengambilan kebijakan penting bagi pembangunan.
Menurutnya, proses Pilkada dapat dilaksanakan dalam masa pandemi, meski dalam tahapan ada yang perlu dievaluasi. “Evaluasi terutama soal penghapusan agenda kampanye terbuka, sementara proses pemilihan sangat mungkin dilaksanakan tanpa ada kerumunan massa,” terangnya.
Dalam analisisnya, menunda Pilkada terlalu lama berisiko pada politik anggaran. Dia mengkhawatirkan jika negara harus menambah biaya Pilkada hanya karena penundaan, juga terkait proses regenerasi politik.
Menurut Dedi, anggaran adalah hal paling sensitif. Apa yang sudah disiapkan pada tahun ini, bisa jadi terpakai begitu saja tanpa hasil. “Sementara kondisi negara sedang berhemat luar biasa. Hal penting lainnya, proses regenarasi yang terhambat,” pungkas Dedi.