Perkiraan jumlah pasien yang tewas akibat pandemi influenza ini pun bervariasi. Dalam kurun Maret 1918-September 1919, ada yang menyebut 21 juta hingga kisaran 50-100 juta jiwa tewas akibat Flu Spanyol di seluruh dunia. Wabah Flu Spanyol merambah Hindia Belanda sejak gelombang pertama pandemi.
Virus diduga dibawa oleh imigran Cina yang berlayar ke Hindia Belanda melalui Hongkong. Pada April 1918 konsul Belanda di Singapura bersurat kepada pemerintah kolonial Hindia Belanda agar tidak menerima kapal-kapal dari Hongkong berlabuh di Batavia. Sebelumnya, konsul Belanda di Singapura itu telah menerima peringatan dari otoritas Inggris di Hongkong.
Hindia Belanda pun sebenarnya punya Peraturan Karantina, sayangnya, peringatan itu tidak mendapat perhatian yang semestinya dari pemerintah kolonial. Maka itu protokol karantina juga tidak berjalan efektif. Kapal-kapal dari luar negeri tetap bebas berlabuh di pelabuhan-pelabuhan Hindia Belanda.
Begitu pun penumpangnya diperbolehkan masuk kota sebagaimana biasa. Akibatnya, Hindia Belanda mesti berhadapan dengan epidemi yang mematikan tiga bulan kemudian. Bahkan menurut beberapa riset, tidak ada upaya protokoler untuk mencegah wabah itu hingga satu tahun setelah menjangkiti Hindia Belanda.
Hal ini berdampak pada jutaan korban yang berjatuhan. Pewarta Soerabaia seperti dikutip Historia menyebutkan, hingga 23 November 1918, jumlah korban meninggal akibat berbagai wabah penyakit di Indonesia mencapai 1,5 juta jiwa dan mayoritas adalah korban Flu Spanyol.