Masyakarat Indonesia pada masanya percaya dengan banyak mitos yang dapat menangkal penyakit ini.
Selain itu, kehidupan masyarakat Indonesia yang jauh dari kata bersih dan sehat membuat Flu Spanyol semakin parah dan memakan banyak korban jiwa.
Penanganan Flu Spanyol ini cukup lama hingga memakan korban yang cukup banyak di seluruh dunia bahkan Indonesia. Jika virus corona masih disepelehkan, tidak dapat dipungkiri jika nasib yang sama akan terjadi di kemudian hari.
Priyanto Wibowo, dkk dalam buku Yang Terlupakan: Pandemi Influenza 1918 di Hindia Belanda (2009) mencatat, ketika pandemi terjadi, populasi dunia diperkirakan 1,7 miliar orang dan 60 persennya terjangkit virus ini.
Perang Dunia I juga berkontribusi besar bagi penyebaran virus ini dengan amat cepat karena mobilisasi tentara dan penduduk dari satu tempat ke tempat lainnya. Yang mengherankan, korban pandemi ini paling banyak berasal dari rentang umur 20-40 tahun—usia saat imunitas semestinya dalam kondisi prima.