Unpad Tambah Guru Besar

POJOKBANDUNG.com, BANDUNG – Universitas Padjajaran (Unpad) mengukuhkan Prof. Dr. Keri Lestari, S.Si., M.Si., Apt sebagai guru besar dalam bidang Ilmu Farmakologi dan Farmasi Klinik. Prosesi pengukuhan dan orasi ilmiah dilaksanakan di Graha Sanusi Hardjadinata, Universitas Padjajaran, Jalan Dipati Ukur, Kota Bandung, Jumat (6/12/2019).

Keri mengungkapkan, pencapaian guru besar sebenarnya untuk dosen dan penetliti merupakan keniscayaan. Karena setiap tenaga pengajar melaksanakan kegiatan sehari-hari yang arahnya menuju jabatan fungsional tertinggi tersebut (guru besar).

“Pencapaian guru besar ini memang by design dari institusi, karena Unpad juga dari dulu mnejaga performa salah satunya menjaga rasio jumlah antara dosen dengan guru besar,” ucap Keri saat ditemui usai acara.

Keri menyebut, pengukuhan guru besar ini juga merupakan salah satu upaya Unpad menyelesaikan ‘pekerjaan rumah’. Sebab, tak sedikit juga guru besar yang akan dan sudah purnabakti.

“Misalkan banyak guru besar yang pensiun, maka harus bayak juga guru besar yang baru. Alhamdulillah tahun ini banyak juga yang jadi guru besar.
Biasanya Unpad pertahun mengukuhkan satu atau dua guru besar, tahun ini ada belasan,” paparnya.

“Ya secara by design apa yang dikembangkan kampus untuk pengembangan SDM secara simultan terkait Tridarma Perguruan Tinggi, riset, pengabdian pada masyarakat dan pembelajaran sudah keliatan,” sambung Keri.

Keri juga mengungkapkan, pencapaian ini bukan satu tujuan melainkan buah dari konsistensi dan komitmen tenaga pengajar dalam pengabdian di sebuah lingkungan perguruan tinggi. Ia juga mengajak
tenaga pengajar lain yang sudah rektor kepala dan doktor untuk mengikuti jejaknya.

“Pertama saya mengucapakn syukur Alhamdulillah. Saya juga menyemangati teman-teman yang lain, Insya Allah nanti akan sampai juga pada titik ini,” terangnya.

Keri juga memaparkan soal Orasi Ilmiah berjudul “Inovasi Farmasi Klinik untuk Meningkatkan Kualitas Terapi Obat di Tengah Era Disruptif Pelayanan Kesehatan di Indonesia”. Menurutnya, hingga saat ini, pemenuhan tenaga apoteker di semua fasilitas kesehatan, terutama puskesmas, masih menjadi tantangan tersendiri bagi peningkatan kualitas pelayananan kesehatan.

Selain itu, permasalah bangsa saat ini adalah mengoptimalkan sumber daya alam yang ada. Ia berharap kedepan banyak tenaga ahli dan bukti-bukti atau evidence-evidence yang menjadikan penggunaan sumber daya menjadi rasional untuk dimanfaatkan masyarakat luas.

“Bukan berati belum, sudah dilaksanakan dan dimanfaatkan tapi harus dioptimalkan bagaimana caranya yaitu memperkuat bukti-bukti penggunaan sumber daya menjadi rasional. Jadi kita menyebut rasionalisasi yaitu penggunaan sumber daya untuk kesehatan,” paparnya.

Ia melanjutkan, jika sudah menguji sesuatu sumber daya menggunakan kaidah-kaidan medis, pakenik dan klinik dapat diartikan penggunaan dari sumber daya alam tersebut terbukti manfaat dan keamannnaya.

“Misalnya, berdasarkan pengalaman saya, herbal itu relatif aman tetapi bukan tanpa resiko. Nah dengan keilmuan farmasi ini bukti-bukti dikumpulkan dan dijadikan sesuatu yang berarti untuk disumbangsihkan agar bermanfaat karena kasiatnya teruji dan keamannya terjamin,” bebernya.

Terkait era disrupsi, kata Keri, terkadang orang takut profesinya hilang digantikan oleh mesin. Menurutnya, diera disruspi ada dua macam yang harus diperhatikan. Pertama menafaatkan teknologi. Kedua, bagaimana mempunyai interelasi SDM yang lebih baik untuk masyarakat.

“Orang kadang berfikir, mesin dan perkembangan teknologi mengancam profesinya, padahal tidak jika kita meningkatkan kapasitas profesi lebih dekat pada penggunanya, caraya kita mengembangkan inovasi dan melakukan penguatan sehingga eksistensinya,” tandasnya.

(arh)

loading...

Feeds