POJOKBANDUNG.com, BANDUNG – Prodi Studi (Prodi) Kriya Telkom University menggelar pameran busana bertajuk Swastamita 2019, di Galeri Yuliansyah Akbar, Kota Bandung.
Kegiatan tersebut, sekaligus menjadi wadah bagi para mahasiswa untuk menampilkan karya-karya kreativitas dalam mendesain busana.
Tak kurang, 50 desain busana yang terdiri dari adibusana dan karya tugas akhir pun dipamerkan mulai 22-24 November 2019
.
Dosen Prodi Kriya Universitas Telkom, Marissa Qori Agustina Siagian mengatakan, karya-karya yang dipamerkan berasal dari berbagai mata kuliah Prodi Kriya. Di antaranya adalah motif, bagan teknik, experimental, aksesoris, struktur, dan lainnya, termasuk busana karya tugas akhir.
“Tahun ini kami mengeluarkan sekitar 50 busana terdiri dari 32 busana (adibusana) 14 karya tugas akhir,” kata Marissa saat ditemui usai acara, kemarin.
Dijelaskan Marissa, karya-karya yang dipamerkan merupakan hasil kreativitas setiap mahasiswa Prodi Kriya Universitas Telkom. Meski tergabung dalam satu kelompok, mahasiswa tetap harus memilih satu karyanya untuk kemudian dipamerkan dalam Swastamita 2019.
“Karyanya per orang. Jadi, kami memberikan kesempatan anak-anak memilih satu kelompok dengan satu tema. Tapi karya tetep masing-masing, jadi anak-anak punya karya masing-masing gitu,” jelasnya.
Secara umum, kata dia, karya-karya yang dipamerkan merupakan hasil desain mahasiswa Prodi Kriya angkatan 2016-2019. Namun, dalam kegiatan tersebut juga dipamerkan sejumlah karya-karya dari angkatan lama yang telah lolos kurasi tim seleksi.
“Yang lama juga ada, jadi kami kumpulin karya yang mau berpartisipasi, kami kurasi jadi kami mengambil karya-karya yang lama juga. Itu semuanya pure anak Telkom,” tandasnya.
Sementara itu, Ketua Himpunan Prodi Kriya Universitas Telkom, Raden Siti Hadirah Maula menuturkan, karya yang dipamerkan nantinya akan diubah untuk ‘customate’. Selain itu, karya juga disimpan untuk stok event fashion show, kebutuhan industri televisi, dan kebutuhan untuk photoshoot beberapa vendor.
“Itu tergantung pada pemiliknya masing-masing. Ada beberapa temen-temen yang emang disewakan bajunya atau disimpen. Biasannya temen-temen menunggu sampai ada fashion show atau ada pameran, baru dimunculkan lagi,” ujar Maula.
Dia menambahkan, karya-karya yang dibuat para mahasiswa disesuaikan dengan Prodi Kriya. Sehingga, setiap baju yang diproduksi harus mengandung unsur-unsur Prodi Kriya, serta berdasarkan based on ‘local content’ atau budaya Indonesia.
“Untuk karya-karyanya sendiri, kami berusaha dan belajar untuk bisa mengolah material-material biasa, tapi menjadi sesuatu dengan harga jual yang lebih atau misalnya dengan ‘value’ yang cukup tinggi,” pungkasnya.