Jabar Terancam Mengalami Kekeringan Ekstrem

KEKRINGAN: Seorang warga menggembalakan kambing di dasar Sungai Cikeruh yang mengering di Desa Tegal Sumedang, Kabupaten Bandung, Jumat (9/8/2019).
(foto: TAOFIK ACHMAD HIDAYAT/RADAR BANDUNG)

KEKRINGAN: Seorang warga menggembalakan kambing di dasar Sungai Cikeruh yang mengering di Desa Tegal Sumedang, Kabupaten Bandung, Jumat (9/8/2019). (foto: TAOFIK ACHMAD HIDAYAT/RADAR BANDUNG)

POJOKBANDUNG.com, BANDUNG – Sebagian besar wilayah di Jawa Barat mengalami kekeringan akibat rendahnya curah hujan selama musim kemarau. Bahkan beberapa daerah berpotensi mengalami kekeringan dengan status awas.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bandung Tony Agus Wijaya mengaku telah mengeluarkan peringatan dini terkait bahaya kekeringan di Jawa Barat. Sejumlah wilayah, menurutnya, berpotensi mengalami kekeringan ekstrem dengan status awas bila tidak terjadi hujan dalam kurun waktu 60 hari.

“Monitoring hari tanpa hujan dasarian II Agustus 2019, sebagian besar wilayah Jawa Barat berada pada status waspada hingga awas (kekeringan),” katanya melalui pesan singkat, Rabu (21/8/2019).

Berdasarkan data terakhir pada 20 Juli 2019, tercatat ada sejumlah daerah yang berpotensi mengalami kekeringan dengan status awas. Di antaranya hampir seluruh Kecamatan di Indramayu, Majalengka, Subang, Cirebon, Purwakarta, Karawang, dan Subang.

Sementara itu, untuk Sukabumi, potensi kekeringan status awas terjadi di Surade, Sumber Jaya, Jampangkulon, Ciracap, Pelabuhan Ratu, Ciemas, Jampang Tengah, Cikakak, dan Cisolok. Untuk kawasan Cianjur di wilayah Cidaun, Tanggeung, Cibinong, Sindang Barang, Sukanegara, dan Takokak.

Wilayah Bogor juga berpotensi terjadi kekeringan ekstrem, seperti di Cileungsi, Cariu, Jonggol, dan Tanjung Sari. Di Kabupaten Bandung di Cicalengka dan Ciparay. Untuk Garut di Tarogong Kaler, Ibun, Banyuresmi, Balubur, dan Limbangan. Sedangkan di Ciamis di Cimerak dan Ciamis.

Status kekeringan ini, lanjut dia, dilihat berdasarkan curah hujan. Berdasarkan pantauan distribusi curah hujan dasarian II Agustus, umumnya di Jabar tidak mengalami hujan. Sementara pada dasarian III diperkirakan hujan masih rendah.

“Secara meteorologis atau ditinjau dari curah hujannya saja, disebut kekeringan meteorologis,” katanya.

Dia menambahkan, rendahnya curah hujan saat ini akan berdampak terhadap ketersediaan sumber air. Pihaknya meminta semua pihak mewaspadai dampak kekeringan tersebut.

“Waspada terhadap potensi bahaya kekeringan akibat semakin berkurangnya ketersediaan air di sumber-sumber air. Seperti sungai, danau. Meningkatkan potensi gagal panen hingga kenaikan harga komoditas pertanian,” pungkasnya.

(arh/dtk)

loading...

Feeds

POJOKBANDUNG.com – Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat atau IOH) mengumumkan kerja samanya dengan Universitas Pasundan (Unpas) melalui penandatangan Nota Kesepahaman (Memorandum …