JAKARTA– Pemerintah Indonesia membuka peluang mengekspor minyak kelapa sawit, buah-buahan dan sarang burung walet ke China. Hal tersebut dinilai bisa mendongkrak perekonomian secara signifikan.
Seperti diketahui, Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita memulai serangkaian kerja ke China. Upaya tersebut mendapat apresiasi dari kalangan asosiasi pengusaha dan DPR.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) DKI Jakarta, Sarman Simanjorang mengatakan target menembus pasar China sangat strategis dan potensial. Indikatornya, populasi disana mencapai 1.2 miliar.
“Pangsa pasar yang punya prospek besar pula,” kata Sarman kepada wartawan, belum lama ini.
Strategi pendekatan B to B (bisnis dengan bisnis) dan G to G (pemerintah dengan pemerintah) harus dilakukan, karena China juga memiliki kebijakan yang membatasi impor. Selama ini, transaksi perdagangan antara Indonesia dan China tidak seimbang.
“Sudah saatnya kita lebih proaktif mencari peluang baru di China dengan produk-produk yang mereka sangat butuhkan dari Indonesia,” kata Sarman.
Di kesempatan lain, Ketua Dewan Pertimbangan sosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi mengatakan langkah Mendag sudah tepat dengan melobi China langsung. Menurutnya, perdana menteri China pernah berjanji akan membeli CPO lebih banyak dari Indonesia.
Namun, Sofjan melihat kendala dalam kelapa sawit. Menurutnya, dari manufacturing harga yang ditawarkan Indonesia lebih mahal.
“Susahnya kita tidak masukin dan China itu dalam situasi pembelian dalam streat war, dia minta produk pertanian yang tidak bisa kita produksi. Tetapi kalau jumlah tanya menteri perdagangan saja. Pokoknya pemerintah jualan terus lah, biar produk-produk kita bisa dibeli,” katanya.
Kemudian untuk sarang burung walet, kata dia, Indonesia semakin baik dalam kualitas dan mutu. Namun, saat ini tinggal mempercepat masalah intern agar ekspor sarang burung walet segera ada peningkatan.
“Biasanya sarang burung walet itu Indonesia biasanya ekspor melalui Malaysia. Sangkar burung dari sini kita bisa ekspor langsung. Dulu ada kendala. Urusan kita tidak memberikan kualitas yang baik. Tetapi dulu sudah diselesaikan oleh menteri perdagangan,” katanya.
Dia pun optimis pemerintah bisa mendapat USD 1 miliar dalam satu tahun dengan menggejot ekspor tiga komoditas tersebut.
Sedangkan pengamat ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Heri Firdaus juga menilai keberangkatan Mendag untuk melobi langsung China memang diperlukan. Namun, jangan sampai hal ini berlangsung tidak konsisten.
“Kita bisa kecilin impor, secara bijaksana atau tidak serampangan. Produk-produk yang sebenarnya bisa kita bikin dan lebih efisien maka tidak perlu kita impor dari China,” jelasnya. (azs/*).