POJOKBANDUNG.com – Penelitian baru telah menemukan kaitan insomnia (penyakit sulit tidur) dengan risiko serangan jantung dan stroke.
Penelitian yang dipimpin Qiao Dia dari China Medical University di Shenyang, Tiongkok, menganalisis 15 studi kohort prospektif dengan setidaknya dua tahun follow-up dan dengan total 160.867 peserta.
Penelitian sebelumnya telah menemukan hubungan antara insomnia dan kesehatan yang buruk, tetapi hubungan antara insomnia dan penyakit jantung atau stroke sejauh ini tidak konsisten.
Untuk penelitian baru ini, tim melihat hubungan antara gejala susah tidur, termasuk kesulitan memulai tidur, kesulitan mempertahankan tidur, bangun pagi dan tidur non-restoratif serta kejadian atau kematian akibat penyakit kardiovaskular.
Penyakit kardiovaskular meliputi penyakit jantung koroner, gagal jantung, stroke.
Hasil penelitian menunjukkan, kesulitan memulai tidur, kesulitan mempertahankan tidur, atau tidur non-restoratif memiliki resiko penyakit jantung dan stroke lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalami gejala susah tidur.
“Tidur adalah proses yang sangat penting untuk pemulihan biologis dan memakan waktu sekitar sepertiga dari hidup kita,” kata Qiao Dia, seperti dilansir laman MSN, Senin (15/5/2017).
“Tetapi kini, dalam masyarakat modern semakin banyak orang mengeluh tentang insomnia.”
Sebagai contoh, dilaporkan bahwa sekitar sepertiga dari populasi umum di Jerman telah menderita gejala insomnia.
“Penelitian sebelumnya telah menunjukkan insomnia bisa mengubah metabolisme dan fungsi endokrin, meningkatkan aktivasi simpatik, meningkatkan tekanan darah dan meningkatkan tingkat proinflamasi dan sitokin inflamasi,” tutur Qiao Dia.
“Semua itu merupakan faktor risiko untuk penyakit kardiovaskular dan stroke.”
Qiao Dia menambahkan, perempuan lebih rentan terhadap insomnia karena perbedaan genetika, hormon seks, stres dan reaksi terhadap stres.
Temuan ini telah dipublikasikan dalam European Journal of Preventive Cardiology.