Pilpres 2019 dinilai sebagai momentum dan peran strategis dalam membangun peradaban bangsa Indonesia. Segala dinamika yang terjadi selama beberapa bulan terakhir diharapkan membuat seluruh masyarakat lebih dewasa dalam memandang persaingan politik.
Ketua Tim Pemenangan Jokowi-Ma’ruf Jawa Barat Dedi Mulyadi menjelaskan, upaya TKN Jokowi-Ma’ruf dan BPN Prabowo-Sandi dalam meraih simpati calon pemilih saling melempar manuver hingga mendapat reaksi di sosial media maupun di tingkat akar rumput. Meskipun terkesan panas, tidak ada konflik horizontal antar warga bangsa yang terjadi.
“Seluruh dinamika yang sudah dijalani warga bangsa selama proses ini menciptakan peradaban. Nilai pentingnya adalah semua pihak menjadi dewasa dalam berpolitik. Semua bertindak berdasarkan basis nilai peradaban,” katanya melalui siaran pers yang diterima, Rabu (17/4/2019).
“Dinamika yang panas dan ketat selama masa kampanye tidak melahirkan konflik. Dinamika itu tidak menjadikan satu pendukung dengan pendukung yang lain renggang silaturahminya. Saya kira, inilah simbol peradaban. Ini panas yang diakhiri dengan hujan. Ada adab sebagai orang timur yang tetap dikedepankan,” ujarnya.
Lebih jauh, Dedi mengajak semua pihak untuk melakukan rekonsiliasi gagasan. Terdapat nilai positif dari setiap gagasan dan program yang ditawarkan para capres dan cawapres. Kubu manapun yang memenangi Pilpres 2019 ini dia harapkan menerapkan seluruh gagasan tersebut.
Meski begitu, sebagai Ketua Tim Pemenangan Jokowi-Ma’ruf Jawa Barat dirinya berkeyakinan pasangan tersebut akan memenangi konstestasi. Penerjemahan gagasan ke dalam program teknis dan kemantapan jaringan tim menjadi modal kemenangan yang dia harapkan.
“Dinamikanya kan selesai, kita harus mulai menanam untuk membangun masa depan bangsa. Banyak gagasan yang lahir dari masing-masing kubu pasangan calon. Tentu saja, saya berkeyakinan Pak Jokowi akan kembali memimpin Indonesia lima tahun ke depan,” katanya.
Ia mengimbau kepada seluruh elemen tim terutama tim digital pasangan calon untuk menghentikan perdebatan di sosial media. Pasalnya, proses pencoblosan sampai penetapan pasangan calon merupakan domain penyelenggara pemilu.
“Kita percaya kepada penyelenggara pemilu. Mereka mampu netral dan melayani serta mengawal proses ini sampai selesai. Karena itu, kita sudahi saja perdebatan, tidak perlu diamplifikasi,” ujarnya.