POJOKBANDUNG.COM, LEMBANG – Generasi milenial di Indonesia harus bangga dan berani menampilkan budaya bangsa Indonesia dan tidak terpaku dengan gemerlapnya budaya luar.
Seperti wilayah Jawa Barat dikenal sebagai salah satu daerah provinsi yang memiliki jumlah penduduk terpadat juga memiliki corak budaya yang paling beragam.
Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Nadjamuddin Ramly mengatakan, ada banyak bentuk-bentuk ekspresi dan identitas budaya baru yang merupakan hasil dari porses akulturasi dan asimilasi yang terjadi karena porses interaksi dengan berbagai bangsa di dunia.
Karen itu menurutnya banyak negara di luar sana yang sangat terkagum-kagum dengan kekayaan dan keragaman budaya Indonesia yang sulit ditemukan di belahan dunia lainnya.
“Budaya Indonesia sangat kaya, mulai dari Sabang sampai Merauke. Tapi kenapa generasi milenial di kita banyak yang tergila-gila atau mudah terpengaruh dengan budaya luar. Seperti oleh K-Pop dari Korea, itu kan ironis,” kata Ramly usai memberikan Bimbingan Teknis Ketahanan Budaya di Lembang, Selasa (2/4/2019).
Menurut dia, tidak sepatutnya pemuda Indonesia merasa inferior ketika menampilkan budaya lokal Tanah Air. Seperti apa yang diajarkan dalam prinsip Trisakti Bung Karno yakni berdaulat dalam bidang politik,
berdikari dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.
Kekuatan nilai budaya Indonesia jangan sampai kalah oleh Jepang atau China yang teguh memegang budaya para leluhurnya.
“Melalui resolusi budaya bisa menciptakan perdamaian. Sehingga bimbingan teknis ketahanan budaya dalam rangka membangun masyarakat damai dan sejahtera ini menjadi penting,” ujarnya.
Melalui bimbingan teknis yang diikuti oleh 100 anak muda dari 20 kabupaten/kota di Jawa Barat ini diharapkan bisa mentransformasikan informasi kepada para generasi muda terkait ilmu pengetahuan dan budaya.
Terlebih kegiatan ini terbilang efektif dalam melakukan pendekatan ke generasi muda seperti yang telah dilakukan di Ambon, Palu, Lombok, Madura, Palangkaraya, dan Aceh.
Ketahanan budaya yang dilakukan ini, lanjut Nadjamudin guna merekonstruksi persatuan dan perdamaian dalam negeri. Sebab dia menilai setelah berkeliling ke-34 provinsi setiap daerah memiliki berbeda-beda permasalahan budaya.
Salah satu penyebabnya, karena tidak ada figur teladan dari tokoh budaya yang dimiliki oleh Indonesia. Padahal anak muda itu sering ikuti tokoh bangsa yang konsisten memberikan contoh positif.
“Di daerah lain banyak perkelahian antarsuku yang dilakukan anak muda sementara kalau di Jabar banyak geng motor. Ini perlu (bimbingan) untuk menekan tingkat gesekan itu,” tandasnya.