Indonesia Potensial Mengembangkan Teknologi Nano

Guru Besar Teknik Fisika Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof. Brian Yuliarto

Guru Besar Teknik Fisika Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof. Brian Yuliarto

Di ITB terutama kami di Teknik Fisika telah mengembangkan aplikasi untuk sensor polusi udara dan sensor kesehatan. Hasilnya juga setara dengan penelitian- penelitian yang ada di luar negeri di kampus kampus terkenal.

Salah satu aplikasi rekayasa material nano yang dijadikan sensor dalam dunia kesehatan adalah deteksi dini penyakit.

“Kami mengembangkan sensor sensor untuk penyakit dini baik itu kanker, gula atau diabetes melitus dan lain lainnya,” ungkap Brian.

Di bidang lingkungan, Brian juga menggunakan rekayasa material nano untuk membuat sensor pemantauan kualitas udara. Selain itu, teknologinano bisa diaplikasikan untuk sensor solar sel dalam mengkonversi energi matahari menjadi energi listrik.

Dalam penelitiannya, Brian mengatakan Indonesia sangat punya potensi untuk mengembangkan teknologi nano. Sebab, material untuk teknologi nano ternyata tersedia dari alam dan kualitasnya bisa bersaing dengan perkembangan teknologi di luar negeri.

“Nah, kita coba mengembangkan seperti sensor untuk deteksi kanker prostat, kita ambil dari pasir di Tulungagung. Kita ektrasi pasirnya, kita buat menjadi sensor. Ternyata hasilnya tidak kalah dengan hasil hasil yang ada di luar negeri,” jelas Brian.

Tidak hanya dari material pasir, Brian mengatakan teknologi nano bahkan bisa dibuat dari buah-buahan. “Untuk bahan baku solar sel juga bisa memanfaatkan kulit buah yang berasal dari antosianin maupun klorofil,” imbuhnya.

Salah satu sektor yang paling memungkinkan di Indonesia untuk mengaplikasikan teknologi nano yang telah dikembangkannya adalah pada sektor kesehatan yang bahan bakunya bisa diambil dari kekayaan alam Indonesia.

loading...

Feeds