POJOKBANDUNG.COM, Bukan rahasia lagi kalau keberlangsungan hidup Harimau Sumatra diambang kepunahan. Saat ini hanya terdapat kurang lebih 600 ekor Harimau Sumatra yang tersebar di 23 lanskap di seluruh wilayah Sumatera.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan Harimau Sumatra terancam punah. Berdasarkan data dari Sumatran Tiger Wide Survey (SWTS), aksi perburuan liar perdagangan ilegal, konflik dengan manusia, deforestasi, dan pembangunan jalan serta infrastruktur ditenggarai menjadi penyebab yang mengancam kepunahan Harimau Sumatra.
Dari tahun 2007-2009, Sumatran Tiger Wide Survey (SWTS) telah melakukan survei. Hasilnya, terungkap kalau sekitar 72% wilayah masih dihuni oleh harimau sumatra. Meski banyak yang mengatakan kondisi tersebut dikatakan masih baik, upaya pelestarian Harimau Sumatra perlu ditingkatkan.
Untuk itu, dalam mencapai target Rencana Pemulihan Harimau Nasional – National Tiger Recovery Plan (NTRP) guna menggandakan jumlah populasi harimau sumatra pada tahun 2022, KLHK dan mitra kerja sedang melaksanakan SWTS kedua. Sesuai dengan fungsi utamanya, kegiatan SWTS kedua ini dilaksanakan untuk mengevaluasi efektivitas upaya konservasi harimau sumatra yang telah berjalan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.
“Saya berharap dengan pelaksanaan kegiatan SWTS kedua ini, dukungan dan partisipasi aktif para pihak terhadap upaya pelestarian harimau sumatra dan satwa liar lainnya semakin meningkat dan dapat disinergikan dengan kebijakan pembangunan wilayah di daerah,” ujar Direktur Jenderal KSDAE, Wiratno, pada acara peluncuran survei di Hotel Menara Peninsula, Jakarta, Rabu (13/3/2019).
Ia juga mengatakan bahwa Kementerian LHK terus berkomitmen dan menjalin kerjasama yang baik dengan para pihak terkait dalam upaya pelestarian harimau sumatra di alam. Diharapkan dari kegiatan STWS kedua ini bisa mendapatkan data terkini terkait kondisi populasi, sebaran satwa mangsa, penyakit dan genetik di seluruh kantong habitat harimau sumatra. Sehingga dapat memetakan kesenjangan aktivitas konservasi yang dilakukan.
“Kami mengharapkan dapat menemukan proporsi area yang menjadi wilayah hidup harimau, informasi mengenai keragaman genetika populasi di masing-masing kantong habitat, meningkatkan kapasitas teknis nasional, serta beberapa dokumen strategi konservasi harimau seperti yang dihasilkan oleh SWTS pertama,” ucap Prof. Dr. Gono Semiadi, LIPI.
Selanjutnya seluruh data, informasi dan kajian hasil kegiatan SWTS nantinya akan terpusat di database Direktorat Jenderal KSDAE. Ini akan menjadi acuan arahan kebijakan konservasi. Tidak hanya untuk harimau sumatra, akan tetapi juga satwa badak, orang utan, gajah dan satwa liar lainnya di Pulau Sumatra.
“SWTS 2018-2019 adalah kegiatan survei satwa liar terbesar di dunia, baik dalam hal kemitraan, sumber daya manusia yang terlibat, maupun luasan wilayah. Sebanyak 74 tim survei (354 anggota tim) dari 30 lembaga diturunkan untuk melaksanakan survei di 23 wilayah sebaran harimau seluas 12,9 juta hektar, yang 6.4 juta hektar di antaranya adalah habitat yang disurvei pada SWTS pertama,” kata Hariyo T. Wibisono, Koordinator Pelaksana SWTS.
Tercatat 15 unit pelaksana teknis (UPT) KLHK, lebih dari 10 KPH, 21 LSM nasional dan internasional, dua universitas, dua perusahaan, dan 13 lembaga donor yang telah bergabung mendukung kegiatan SWTS.
Dikutip dari Harimau Kita, mendapat kesimpulan bahwa melalui survei yang kedua ini memungkinkan Pemerintah Indonesia untuk mengidentifikasi kesenjangan dalam program konservasi harimau sumatera. Selain itu bisa memperkuat strategi konservasi ditingkat tapak yang efektif, mengarahkan sumber dana dan prioritisasi program untuk mempertahankan dan memulihkan populasi harimau sumatera secara keseluruhan.