POJOKBANDUNG.com – Setelah beberapa dekade dihabiskan dalam bayang-bayang hukuman mati yang dilontarkan oleh Ayatollah Ruhollah Khomeini, Salman Rushdie, penulis novel Ayat-ayat Setan atau The Satanic Verses kini mengaku lelah bersembunyi.
Dilansir Channel News Asia pada Senin (11/2), kehidupan penulis yang digadang-gadang sebagai penerus penulis Rabindranath Tagore tersebut memang berubah sejak 1989. Saat itu pemimpin spiritual Iran Ayatollah Ruhollah Khomeini memerintahkan eksekusi mati pada Rushdie setelah mencap novelnya Ayat-ayat Setan sebagai penghujatan alias penistaan agama.
Rushdie dengan novel Ayat-ayat Setan yang ia tulis beberapa dekade lalu (BT.com)
“Saya tidak ingin hidup bersembunyi,” katanya kepada AFP saat berkunjung ke Paris. Rushdie menurut sejumlah orangmerupakan penulis terhebat yang diproduksi India sejak Rabindranath Tagore.
Rushdie menghabiskan 13 tahun hidupnya dengan nama palsu dan mendapatkan perlindungan polisi secara konstan. “Saat itu saya berusia 41 tahun, sekarang saya 71 tahun. Sekarang semuanya baik-baik saja,” katanya.
“Saat ini kita hidup di dunia di mana subjek berubah dengan sangat cepat. Ini adalah subjek yang sangat tua. Sekarang ada banyak hal lain yang perlu ditakutkan, dan orang lain untuk dibunuh,” tambahnya dengan sedih.
Rushdie berhenti menggunakan nama samaran beberapa bulan setelah 11 September 2001, tiga tahun setelah Teheran mengatakan ancaman terhadapnya berakhir.
Namun polisi tetap duduk di luar pintu kantor Rushdie di Paris selama wawancara dengan AFP. Beberapa polisi lainnya berjaga di halaman.
Sebelumnya, Rushdie meyakinkan audiens yang skeptis di sebuah festival buku di Prancis Timur kalau ia menjalani kehidupan yang normal di New York. Tempat ia tinggal selama hampir dua dekade. “Aku naik kereta bawah tanah seperti orang lain,” katanya.
Ayat-ayat Setan adalah buku kelima Rushdie. Ia sekarang telah menulis buku ke-18. Berjudul The Golden House, berisi tentang seorang lelaki dari Mumbai, yang ingin dirinya kembali ke Kota Big Apple dalam upaya untuk melepaskan masa lalunya.
Rushdie mengaku, banyak orang yang salah mengartikan bukunya. Teman Rushdie, penulis Pakistan Inggris, Hanif Kureishi menganggap, tidak ada yang memiliki nyali hari ini untuk menulis novel Ayat-ayat Setan apalagi menerbitkannya.
Tetapi bahkan Kureishi, yang menulis sebuah novel terkenal The Black Album mengaku, ia tidak pernah melihat kontroversi ketika ia membaca salinan Ayat-ayat Setan.