Perang Dagang Tak Berdampak pada Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Chief Executive Officer Standard Chartered Bank Indonesia, Rino Donosepoetro; Managing Director & Head, Wealth Management, Bambang Simarno dan Chief Economist Standard Chartered Bank Indonesia, Aldian Taloputra berbincang sebelum seminar seminar keuangan tahunan Wealth on Wealth (WoW) yang diselenggarakan Standard Chartered Bank di Hotel Hilton, Bandung, Kamis (7/2). (foto : Bahi Binyatillah B)

Chief Executive Officer Standard Chartered Bank Indonesia, Rino Donosepoetro; Managing Director & Head, Wealth Management, Bambang Simarno dan Chief Economist Standard Chartered Bank Indonesia, Aldian Taloputra berbincang sebelum seminar seminar keuangan tahunan Wealth on Wealth (WoW) yang diselenggarakan Standard Chartered Bank di Hotel Hilton, Bandung, Kamis (7/2). (foto : Bahi Binyatillah B)

POJOKBANDUNG.com BANDUNG – Pertumbuhan ekonomi secara global diprediksi mengalami pelambatan mengingat perang dagang antara Amerika dan Tiongkok masih berlangsung. Meski begitu, hal tersebut tidak akan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Chief Executive Officer Standard Chartered Bank Indonesia, Rino Donosepoetro menyebut pelambatan pertumbuhan ekonomi global, selaon disebabkan faktor perang dagang antara Cina dan Amerika Serikat, lalu bisa dipicu dengan keluarnya Inggris dari Uni Eropa, dan kondisi terkini Timur Tengah.

“Kami memprediksi ekonomi global pertumbuhannya melambat dari 3,8 persen tahun lalu dan 3,6 persen tahun ini,” katanya saat ditemui sebelum seminar keuangan tahunan Wealth on Wealth (WoW) yang diselenggarakan Standard Chartered Bank di Hotel Hilton, Bandung, Kamis (7/2).

Hanya saja, jika dilihat dari lingkup Indonesia, halnyang terjadi di liar negeri tidak akan berpengaruh secara signifikan. Menurutnya, laju ekonomi Indonesia tahun 2019 bisa relatif terjaga di angka  5,17 persen seperti tahun sebelumnya.

Hal itu bisa terjadi karena fundamental ekonomi yang kuat serta peningkatan daya beli rumah tangga dan pemulihan sektor investasi swasta. Untuk itu, para pelaku industri perbankan terus mencari solusi untuk dapat memenuhi kebutuhan berinvestasi bagi nasabah melalui produk-produk inovatif bank.

Adapun tahun 2019 merupakan tahun politik, Rino menilai momentum ini justru menarik. Pasalnya, di tengah riuhnya persaingan antar partai politik, namun para investor asing fokus melihat kebijakan fiskal dan moneter yang mumpuni.

“Biasanya di negara berkembang, banyak ketidakpastian ekonomi jika pemilu digelar. Namun di Indonesia para pelaku usaha dan investor tetap memberikan sentimen positif karena menilai masyarakat Indonesia memiliki kedewasaan politik,” ucapnya.

Di tempat yang sama, Chief Economist Standard Chartered Bank Indonesia, Aldian Taloputra berpendapat bahwa prediksi stabilnya pertumbuhan ekonomi Indonesia di angka 5,2 persen tidak terlepas dari domestic demand yang masih cukup kuat.

Strategi pemerintah dalam menjaga daya beli cukup berhasil dan menjaring investasi di tahun lalu membuat perekonomian tumbuh. Selain itu, pemerintah juga berhasil menjaga harga makanan dan energi sebelum Pemilu. Efeknya, inflasi turun dari 3,6 ke 3,2 persen.

Aldian mengatakan peningkatan ekonomi Indonesia terjadi sekitar minimal 5,1 persen dengan proyeksi rupiah menguat. Rupiah yang menguat di angka 13,800 paling tidak di akhir 2019 bisa menjadi 14.600.

“BI pun menjaga suku bunganya. BI biasanya dipengaruhi dari eksternal, kalau Fed naikkan suku bunga, BI bisa ikut menaikkan. Arah kebijakan suku bunga BI lebih untuk merespon hal eksternal,”  katanya.

Di lain pihak,  saat perekoniomian secara global tengah perlambatan ekonomi dunia, momentum pertumbuhan ekonomi nasional tetap stabil didukung oleh pengeluaran belanja infrastruktur pemerintah, peningkatan daya beli rumah tangga, dan pemulihan sektor investasi swasta yang mampu mengimbangi permintaan eksternal yang moderat.

Bank lndonesia akan menerapkan kebijakan moneter yang ketat untuk mengantisipasi naiknya suku bunga The Fed Amerika Serikat serta defisit rekening berjalan yang sedang berlangsung. Pihaknya memproyeksikan The Fed akan menaikkan suku bunga satu kali di kuartal ketiga tahun ini sebeum Bl menghentikan siklus pengetatannya.

Pemerintah akan melanjutkan pemberian stimulus fiskal jika dilihat pertumbuhan ekonomi belum terlalu meyakinkan. Membaiknya sentimen terhadap negara-negara berkembang (Emerging Markets), seperti lndonesia, dan The Fed yang tidak terburu-buru dalam menaikkan suku bunga, merupakan dua faktor yang diharapkan mampu mendorong stabilitas Rupiah.

Permudah Nasabah Berinvestasi

Divisi Wealth Management Standard Chartered Bank meluncurkan dua layanan yang akan semakin memudahkan nasabah Prioritas dalam melakukan investasi. Dua layanan tersebut adalah Online Mutual Funds dan SmartGoals yang membantu nasabah Prioritas Standard Chartered Bank dalam melakukan transaksi reksa dana secara online melalui SC Mobile atau iBanking.

SC Mobile dan iBanking adalah dua layanan digital yang otomatis akan dimiliki oleh setlap nasabah Standard Chartered Bank. Dengan layanan Online Mutual Funds, nasabah Prioritas Bank akan dimudahkan dalam melakukan transaksi reksa dana, seperti pembelian, pengalihan, dan pencairan secara online.

Sedangkan SmartGoals merupakan layanan yang pertama kali ada di Indonesia yang menggabungkan perencanaan finansial sederhana dengan strategi alokasi investasi yang disesuaikan kemampuan keuangan dan profil investasi masing-maslng nasabah Standard Chartered Bank.

SmartGoals memudahkan nasabah Prioritas untuk berinvestasi secara rutin dan juga tetap dapat mengikuti perkembagan nilai investasinya secara online. Untuk melengkapi pelayanan kami kepada nasabah Priority Banking dalam hal proteksi, Standard Chartered Bank bekerja sama dengan Allianz akan meluncurkan produk Asuransi perjalanan. NewTravelPro. Produk ini memberikan perlindungan 24 jam untuk perjalanan bisnis dan liburan para nasabah ke seluruh dunia.

Bambang Simarno selaku Managing Director & Head, Wealth Management, Standard Chartered Bank Indonesia, menambahkan, Seminar WoW merupakan salah satu cerminan komitmennya untuk selalu memberikan nilai tambah terhadap produk dan layanan yang selama ini mereka berikan kepada nasabah prioritas.

“Melalui peluncuran dua layanan baru ini, kami menargetkan pertumbuhan jumlah nasabah Prioritas sebesar 15 persen sampai 20 persen hingga akhir tahun ini,” katanya.

(bbb)

loading...

Feeds

Penggiat Event Curhat ke Kang Arfi

Penggiat Event Curhat ke Kang Arfi

POJOKBANDUNG.com, BANDUNG- Konser band kawakan Sheila On 7 sempat direncanakan berlokasi di Kota Bandung pindah ke Kabupaten Bandung. Hal itu menjadi …